Efesus 4:17-32 "Manusia Baru" // MTPJ GMIM 31 Oktober - 6 November 2021 "Kenakanlah Manusia Baru"
RENUNGAN GMIM 31 Oktober – 6 November 2021
EFESUS 4:17-32 “MANUSIA BARU”
4:17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini
kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi f sama seperti orang-orang yang tidak mengenal
Allah dengan pikirannya g yang sia-sia 4:18 dan pengertiannya h yang gelap, jauh dari hidup persekutuan
dengan Allah, i karena kebodohan yang ada di dalam mereka
dan karena kedegilan hati j mereka. 4:19 Perasaan k mereka telah tumpul, sehingga mereka
menyerahkan diri l kepada hawa nafsu m dan mengerjakan dengan serakah segala macam
kecemaran. 4:20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah
belajar mengenal Kristus. 4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan
menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan
kamu yang dahulu, harus menanggalkan n manusia lama, o yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya p yang menyesatkan, 4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan
pikiranmu, q 4:24 dan mengenakan r manusia baru, s yang telah diciptakan menurut kehendak Allah
di dalam kebenaran dan kekudusan t yang sesungguhnya. 4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah
benar u seorang kepada yang lain, karena kita adalah
sesama anggota. v 4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: w janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu 4:27 dan janganlah beri kesempatan x kepada Iblis. 4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri
lagi, tetapi baiklah ia bekerja y keras dan melakukan pekerjaan yang baik
dengan tangannya z sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu
kepada orang yang berkekurangan. a 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, b tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, c di mana perlu, supaya mereka yang
mendengarnya, beroleh kasih karunia. 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus 1 Allah, d yang telah memeteraikan e kamu menjelang hari penyelamatan. f 4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang g dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan. h 4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang i terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. j
Latar Belakang Kitab Efesus:
Kitab Efesus pasal 1:1 penulis memperkenalkan diri
sebagai Paulus, rasul Kristus Yesus. Dalam Kitab Kisah Para Rasul 20:31 dicatat
bahwa Paulus pernah berkunjung ke Efesus dan melayani selama 3 tahun. Paulus
memberi kesaksian bahwa dalam pelayanan yang ia lakukan di Efesus, Paulus banyak
kali melayani dengan mencucurkan air mata bahkan banyak kali mengalami pencobaan
pembunuhan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh Paulus. Meski demikian
Injil cukup diterima oleh jemaat yang ada di Efesus, tetapi sayangnya tetap ada
juga orang-orang yang mengeraskan hati terhadap Injil.
Paulus secara khusus mengirimkan surat kepada
orang-orang kudus, orang-orang percaya dalam Yesus di Efesus (Efesus 1:1).
Paulus menuliskan surat ketika dirinya sendiri sedang terpenjarakan karena
Injil (Efesus 3:1; 4:1). Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus Paulus menyebut
bahwa ia bersukacita mendengar tentang iman jemaat terhadap Yesus dan tentang kasih
jemaat terhadap sesama (Efesus 1:15-16). Sekalipun terpenjara karena Injil,
Paulus merasa perlu untuk mengutus Tikhikus (Efesus 6:21) untuk menyampaikan
kabar tentang Paulus dan menghibur jemaat di Efesus.
Mendalami Teks Efesus 4:17-32:
Secara keseluruhan surat Paulus kepada Jemaat di
Efesus saling berkaitan satu dengan lainnya, bahkan teks Efesus 4:17-32 tidak
dapat dipisahkan dari teks sebelum dan teks sesudahnya. Secara garis besar Surat
kepada Jemaat Efesus ini berbicara tentang kesatuan hidup jemaat serta
bagaimana mempertahankan hidup yang benar di dalam Kristus.
Dalam ayat 17 Paulus menyebut kata “marturomai” yang
diterjemahkan oleh LAI dengan kata “tegaskan”, bisa juga diterjemahkan “meminta
dengan sangat” atau “memberi kesaksian”. Perkataan ini mengingatkan penerima
surat supaya mereka hidup tidak seperti orang yang tidak mengenal Allah. Paulus
merincikan orang yang tidak mengenal Allah adalah mereka yang hidup dengan
pikiran yang sia-sia, pengertian mereka gelap, jauh dari persekutuan dengan
Allah karena kebodohan dan kedegilan hati mereka (kedegilan hati dari kata “poroosin”
yang sama arti dengan kekerasan hati atau sikap dingin hati”). Paulus juga
menyebut orang hidup seperti tidak mengenal Allah adalah orang yang perasaannya
tumpul sehingga menyerahkan diri kepada hawa nafsu (hawa nafsu dari kata “aselgeia”
juga diartikan ketidaksopanan) dan segala macam kecemaran (kecemaran dari kata “pleonexia”
yang juga diartikan “ketamakan”).
Bagi Paulus, orang-orang Kudus di Efesus, orang-orang percaya di
dalam Yesus sebagai penerima Surat Paulus ini tidaklah seperti orang yang tidak
mengenal Allah, sebab mereka telah belajar mengenal Allah (ay. 20). Proses
belajar mengenal Allah itu terjadi ketika mereka mendengar tentang Kristus serta
menerima pengajaran tentang Kristus menurut kebenaran yang sungguh dalam Yesus.
Adapun kehidupan orang yang telah mengenal Allah haruslah menanggalkan atau membuang
sifat masa lampau yang disebut manusia lama, yakni orang yang hidup berdasarkan
nafsu yang menyesatkan.
Tujuan dari menanggalkan manusia lama ialah supaya umat Tuhan
dibaharui dalam Roh dan pikiran (ayat 23), dalam Versi King James diterjemahkan
“and be renewed in the spirit of your mind”, yang berarti “diperbarui dalam Roh
pikiran anda”. Sebenarnya dalam
terjemahan Yunani tidak terdapat kata “dan” di antara Roh dan pikiran. Sebab
ketika LAI menterjemahkan Roh dan Pikiran, seakan-akan terdapat dua unsur kata
yang berbeda, tapi jika ditelusuri Bahasa aslinya mungkin terjemahan yang lebih
tepat adalah seperti terjemahan Versi King James yakni “diperbarui dalam Roh
pikiran anda” yang menunjuk pada pembaharuan akal budi.
Pembaruan pikiran atau akal budi disebut Paulus ialah mengenakan “manusia
baru”. LAI menterjemahkan dengan kalimat “yang telah diciptakan menurut
kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (ayat 24).
Tetapi sebenarnya dalam teks aslinya tidak ada kata “kehendak”. Teks Yunaninya
ialah “ton kata Theon” yang berarti “menurut Allah atau sebagaimana Allah”
bukan “menurut kehendak Allah”. Ketika diterjemahkan dengan kata menurut Allah
atau sebagaimana Allah maka tentu pandangan para pembaca adalah pada Pribadi Allah
bukan semata pada kehendak Allah, dan pribadi Allah itu adalah Benar
(dikaiosune) dan Kudus yang sesungguhnya (hosiotheti ten aletian). Jadi
yang dimaksudkan dengan manusia baru adalah orang yang terus menerus dibarui dalam
akal budi sebagaimana Allah yang berkepribadian Benar dan Kudus yang sungguh.
Adapun ciri atau karakter orang yang hidup sebagai manusia baru
ialah:
-
Membuang dusta
dan berkata benar sebab umat TUHAN adalah anggota tubuh satu sama lain.
-
Jangan menahan
amarah. Marah adalah suatu perasaan yang tidak dapat dihindari, marah merupakan
eksperi dari perasaan tidak suka terhadap suatu hal tertentu, ini merupakan
sifat alami. Memiliki perasaan marah bukanlah dosa jika ditempatkan suatu hal
yang layak untuk dimarah, tetapi akan menjadi dosa jika perasaan marah
dibiarkan terjadi terus menerus. Dalam hal ini Paulus mengajarkan orang percaya
untuk dapat mengontrol emosi atau mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.
Menurut para ahli, ada beberapa macam cara menunjukkan marah yaitu 1) Berteriak
bahkan sampai berbuat sikap yang anarkis; 2) Memendam atau tidak
mengekspresikan amarah, hal ini dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tidak
baik, depresi bahkan bunuh diri. Kedua hal tersebut menurut para ahli adalah
cara yang tidak baik dalam mengekspresikan perasaan marah. Menurut para ahli,
cara yang tepat dalam mengendalikan emosi adalah mengekspresikan marah dengan
cara yang positif.
-
Jangan beri
kesempatan kepada iblis, mungkin hal ini dapat dikaitkan dengan poin pertama bahwa
iblis adalah bapa segala pendusta, segala hal yang tidak benar datangnya dari
tipu muslihat iblis.
-
Paulus tidak
menyebut bahwa orang yang hidup baru adalah orang yang tidak pernah melakukan
kesalahan, tetapi bagi Paulus, jika seseorang pernah mencuri maka ketika ia
hidup baru maka janganlah ia mencuri lagi melainkan hidup sebagai pekerja keras
dengan tujuan perbuatan baik yakni menolong orang lain yang berkekurangan.
-
Tidak berkata
kotor tetapi justru berkata-kata untuk membangun orang lain.
-
Jangan
mendukakan Roh Kudus. Mendukakan Roh Kudus sama dengan membuat sedih Roh Kudus,
padahal Roh Kudus menjadi meterai atau tanda segel pada hari penyelamatan.
-
Segala hal
yang harus dibuang dari kehidupan manusia baru ialah “segala kepahitan,
kegeraman, kemarahan, pertikaian serta fitnah.
-
Hal yang
harus dilakukan: ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra, saling
mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus mengampuni kamu.
Makna Teologi:
Dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus kita mendapati beberapa
makna yang terkandung di dalamnya. Yang pertama kita bisa melihat sikap Paulus,
sekalipun terpenjara tapi tidak menjadi alasan baginya untuk tidak menginjil,
itu berarti Injil harus terus diberitakan dalam keadaan apapun.
Yang kedua, Jika dilihat sebagaimana keadaan jemaat di Efesus,
hidup baru bukanlah hal yang mudah. Jemaat di Efesus mendapat ancaman dari
kelompok tertentu dari pihak Yahudi yang membenci Paulus terutama membenci
Injil tentang Yesus Kristus. Tetapi sebagaimana tujuan surat Paulus kepada
jemaat di Efesus, Paulus tetap mengingatkan supaya orang-orang percaya di
Efesus tetap mempertahankan hidup baru di dalam Kristus.
Serta yang ketiga dari perikop Efesus 4:17-32 kita mendapati bahwa
:
-
Manusia lama berarti
cara hidup yang tidak mengenal Allah dan itu terlihat dari sifat-sifat dan cara
hidup yang dikuasai nafsu dan cemar.
-
Manusia baru
adalah kehidupan yang mengenal Allah. Kehidupan yang mengenal Allah adalah
kehidupan yang berproses secara terus menerus, Roh akal budi terus menerus diperbarui
yakni terus belajar mengenal Allah, mendengar tentang Allah dan menerima-Nya.
Itu sama artinya dengan mengenal Allah berarti mau hidup baru menjadi manusia
baru seperti karakter yang disampaikan oleh Paulus.
IMPLIKASI FIRMAN UNTUK MASA KINI:
Gagasan menjadi manusia baru juga disampaikan Paulus kepada jemaat
di Kolose 3:5-17, tetapi gagasan ini juga harus melekat di dalam kehidupan pembaca
masa kini. Injil Firman TUHAN harus disampaikan dalam keadaan apapun, siapa
tahu penderitaan kita boleh menjadi suatu motivasi bagi orang lain untuk
mempertahankan sikap hidup yang benar, jika Paulus menggunakan metode surat,
maka kita bisa menggunakan media social untuk menyampaikan Firman TUHAN.
Menanggalkan manusia lama bukan perkara yang mudah, apalagi jika
dalam kehidupan masa lampau kita sudah terbiasa melakukan hal-hal yang tidak
benar di hadapan TUHAN, tetapi sesungguhnya ketika mengenal Kristus berarti
harus memiliki komitmen untuk meninggalkan kebiasaan yang tidak sesuai dengan
kehendak TUHAN.
Menjadi manusia baru berbicara bukan saja tentang kepercayaan
seseorang tapi juga berbicara tentang kerelaan atau kesediaan. Relakah kita
untuk menanggalkan kebiasaan lama kita? Serta bersediakah kita bahwa diri kita
harus terus menerus dibarui secara holistik atau menyeluruh dalam kehidupan kita sebagaimana Allah Benar dan Kudus? Ingat dalam 2
Korintus 5:17 Rasul Paulus berkata “Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang”.
TUHAN YESUS menolong kita semua, Amin
Komentar
Posting Komentar