Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021
Gambar
diambil dari
: https://www.google.com/search?q=gambar+kusta+bersyukur&safe=strict&sxsrf=ALeKk01mVT7N_bc59UlNy4GCI0lJZqVxNQ:1625276925377&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=CL-xKcHiIdRYoM%252CvbIxyMhSuAf9LM%252C_&vet=1&usg=AI4_-kQXq07dQ9BUMxIjT9eIyXqH3yWDoA&sa=X&ved=2ahUKEwiTqrGu5MXxAhVHSX0KHUZUCtkQ9QF6BAgTEAE#imgrc=yezsvTPBfq5pPM
Lukas 17:11-19 “Kesepuluh Orang Kusta”
Tema :
Kesadaran Mengucap Syukur Dan Memuliakan Allah
Pernahkah
kita mendengarkan tentang istilah “kacang lupa pada kulitnya”. Apakah arti
istilah ini? Istilah ini dikenakan kepada orang yang telah sukses namun melupakan
asal usul kesuksesannya atau dengan kata lain orang yang tak tahu berterima
kasih. Kita tentu tidak menginginkan hal itu melekat pada pribadi kita. Istilah
ini nampaknya cocok untuk dijadikan ilustrasi tentang ke Sembilan orang yang
terkena penyakit kusta tetapi tidak mengucap syukur atas kesembuhan yang mereka
alami, karena justru di antara 10 orang yang terkena penyakit ini hanya 1 orang
yang kembali memuliakan TUHAN atas kesembuhan yang ia rasakan.
Kitab
Lukas ditulis pada tahun 70an M ketika Israel dikepung oleh Kerajaan Romawi
yang berhasil menghancurkan Yerusalem. Di saat itu kota Yerusalem termasuk Bait
Allah yang ada di Yerusalem turut dihancurkan, kehancuran ini membuat umat
Israel dalam hal ini Yahudi merasa kehilangan harapan karena Bait Allah sebagai
tanda kehadiran Allah tempat mereka beribadah telah dihancurkan.
Lukas
memang secara khusus menulis kitab ini dengan tujuan membangkitkan iman umat
Yahudi, tapi juga secara umum tulisan ini juga ditujukan kepada umat non Yahudi
juga kepada kita semua sebagai pembaca di masa kini. Dalam pasal 17:11-19 Lukas
nampaknya memberi perhatian khusus kepada orang Samaria, beberapa kali dalam
kitab ini ia mengangkat beberapa hal tentang Samaria yakni dalam Lukas 9:52 dan
Lukas 10:53.
Dalam
Yohanes 4:9 mencatat bahwa orang Yahudi sebenarnya tidak bergaul dengan orang
Samaria. Mengapa? Hal ini dilatarbelakangi oleh anggapan Yahudi bahwa Samaria
bukan lagi Israel murni karena sejak Kerajaan Israel terpecah, maka kehidupan
Israel Utara yang beribukotakan Samaria telah terjadi kawin campur dengan
bangsa lain yang tidak menyembah TUHAN ALLAH Israel, sehingga Samaria dianggap
najis.
Ketika
diceritakan bahwa Yesus yang dalam perjalanan menuju Yerusalam menyusur
perbatasan Samaria dan Galilea sesungguhnya hal ini merupakan hal yang tidak
biasa dilakukan oleh orang Yahudi karena menganggap orang Samaria adalah kaum
yang najis. Tetapi apakah benar bahwa kaum Samaria adalah kaum yang najis?
Dalam
catatannya Lukas mengatakan dalam ayat 12 bahwa di perbatasan Samaria dan Galilea
terdapat 10 orang yang terkena penyakit kusta. Rupanya perbatasan Samaria dan
Galilea dijadikan sebagai tempat diasingkannya orang-orang yang terkena penyakit kusta. Kusta yang dalam Bahasa
Yunani disebut lepra adalah suatu penyakit yang dapat menular dan mematikan. Penyakit ini sering dianggap sebagai penyakit kutukan dosa, orang yang
terkena penyakit kusta dianggap najis karena dosanya dan karena itu harus
diasingkan. Jadi tempat yang dilalui oleh Yesus dianggap sangat najis – karena
yang pertama bahwa tempat itu berbatasan dengan Samaria; dan kedua karena
tempat itu adalah tempat dari mereka yang mengalami sakit kusta.
Dari
salah satu situs internet ( https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hansen
) dicatat bahwa kusta 77 lepra telah menyerang manusia sejak tahun 300 SM.
Tetapi dalam Kitab Imamat sudah mencatat tentang adanya penyakit kusta, berarti
bisa kita pelajari Kitab Imamat yang dianggap disusun sesudah kembalinya bangsa
Israel dari pembuangan, yaitu antara tahun 538 SM dan 400 SM. Sementara itu tokoh yang diceritakan dalam
Kitab Imamat adalah Musa dan Harun dalam masa ketika mereka dipakai untuk
memimpin Israel dari Mesir ke tanah perjanjian. Ada yang menyebut bahwa Musa
hidup di sekitaran tahun 1300an SM sampai tahun 1200an SM, di masa ini kata
penyakit “kusta” sudah disebutkan, itu berarti kusta telah ada sejak zaman
kehidupan Musa. Pengobatan yang efektif terhadap penyakit
ini nanti pada tahun 1940-an, tapi karena bakteri penyebab kusta telah menjadi
kebal, maka nanti pada tahun 1980an penyakit ini baru dapat ditangani dengan
pengobatan multiobat.
Ketika
Yesus memasuki tempat itu rupanya Yesus tidak asing bagi kesepuluh orang kusta
itu, mungkin mereka telah mendengar tentang siapa Yesus yang mampu melakukan
berbagai mujizat. Ketika melihat Yesus kesepuluh orang tersebut tinggal berdiri
agak jauh karena orang berpenyakit kusta tidak diizinkan mendekati siapapun.
Mereka berteriak “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”. Perhatikan seruan 10 orang
tersebut, mereka tidak berseru “Yesus, sembuhkanlah kami”. Mengapa?
Sesungguhnya penyakit kusta juga membuat orang yang mengalaminya hidup terasing,
jauh dari keluarga dan kerabat, dianggap pendosa atau najis sehingga harus disendirikan yang
bisa membuat orang bukan hanya sakit fisik tetapi juga depresi, tertekan mental
dan jiwanya sehingga mereka berharap bahwa Yesus akan mau untuk mengasihani
mereka dalam Bahasa Yunani “Elehson” yang berarti menaruh belas kasihan atau
menunjukkan kemurahan hati.
Yesus
memandang kesepuluh orang tersebut dan mengatakan “Pergilah, perlihatkanlah
dirimu kepada imam-imam”. Dalam Kitab Imamat 14:1-32 mencatat bahwa hanya para
imamlah yang berhak untuk menyatakan bahwa seseorang yang terkena kusta telah
tahir / sembuh dan diizinkan untuk kembali berkumpul bersama keluarganya. Tanpa
banyak tanya maka kesepuluh orang tersebut mentaati perintah Yesus dan benar
saja ternyata di tengah jalan mereka menjadi tahir / sembuh. Di sini kita
melihat dan meneladani sikap “ketaatan 10 orang itu untuk melakukan perintah
Yesus”.
Dari
antara 10 orang tersebut, diceritakan bahwa hanya seorang saja yang kembali
sambil memuliakan Allah bahkan tersungkur di depan kaki Yesus serta mengucap
syukur dan orang itu adalah seorang Samaria yang dianggap sebagai pendosa, dan
dianggap najis karena kewarganegaraannya sebagai seorang Samaria.
Yesus
menjawab “Bukankah kesepuluh orang tadi telah menjadi tahir? Di manakah yang
Sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan
Allah selain daripada orang asing ini?”
Mengapa
Yesus menyebut orang Samaria sebagai orang asing? Kalimat ini sesungguhnya
menyinggung mereka yang menganggap Samaria sebagai pendosa dan tidak layak
diselamatkan, karena justru seorang Samaria itulah yang “tau diri”, ia
melakukan tindakan benar yakni memuliakan Allah. Sementara 9 orang lainnya
hanya mentaati perintah Yesus karena kebutuhan atau keinginan untuk sembuh,
tetapi setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka justru pergi
dan mengabaikan Yesus yang telah menyembuhkan mereka bagaikan “kacang lupa pada
kulitnya”. Artinya mereka taat karena mereka “butuh”.
Pada
akhirnya kepada orang Samaria itu Yesus juga mengatakan “Berdirilah dan
pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau”. Kalimat ini sungguh begitu indah.
Sebab Yesus tidak hanya menyelamatkan jasmani orang yang terkena kusta dan
dianggap sampah masyarakat, tetapi oleh imannya kepada Yesus maka rohaninya
juga, hidupnya diselamatkan oleh Yesus. Si Samaria ini tidak taat karena
kebutuhan tetapi ia taat karena ia menyadari hidupnya adalah suatu anugerah
Allah di dalam Yesus.
Lukas
mengangkat cerita ini untuk mengingatkan baik kaum Yahudi tetapi juga seluruh
pembaca kitab Lukas bahwa Yesus mengasihi semua orang, dan mereka yang
diselamatkan bukan karena kedudukan atau jabatannya atau pula asal usulnya
melainkan karena iman.
Saudaraku,
cerita Yesus yang menyembuhkan orang kusta mengingatkan kepada kita untuk tidak
memandang seseorang dari latar belakang sebagai suatu alasan bagi kita untuk
mau bergaul dengan orang tersebut atau tidak. Istilahnya “pilih-pilih teman”.
Selama
kita hidup di dunia ini semua orang sama-sama diberkati oleh TUHAN, baik orang
yang dianggap jahat dan dianggap baik sama-sama menerima matahari dan sama-sama
menerima hujan, sama-sama merasakan panas dan sama-sama merasakan dingin. Semua
orang sama-sama bisa disembuhkan oleh TUHAN, tetapi hanya orang yang mampu
untuk memuliakan Allah, tersungkur dan mengucapsyukurlah yang diselamatkan
hidupnya itulah orang beriman.
Sembilan
orang yang sembuh tetapi tidak kembali memuliakan TUHAN adalah contoh dari
orang-orang yang menerima berkat TUHAN tetapi melupakan TUHAN dan tidak
mengucap syukur kepada TUHAN. Mereka mungkin akan menceritakan proses
kesembuhan mereka kepada banyak orang tentang Yesus, tetapi mereka tidak mengambil
kesempatan untuk berjumpa secara langsung untuk berterima kasih kepada Yesus.
Kebahagiaan karena sembuh dari sakit telah membuat Sembilan orang itu
mengabaikan Yesus.
Beda
dengan seorang Samaria yang sembuh dan kembali kepada TUHAN. Kebahagiaan yang
sangat kuat tidak membuat ia mementingkan diri sendiri, tetapi menyadarkan ia
bahwa itu semua adalah anugerah TUHAN. Orang Samaria itu tahu diri, dia bukan
siapa-siapa jikalau bukan karena TUHAN, ia masih akan hidup dalam keterasingan
jika bukan karena TUHAN, seharusnya dia masih dianggap sampah dan aib dosa
harusnya masih melekat dalam diri-Nya, tetapi karena Yesus maka hidupnya
menjadi berarti. Eksistensi atau keberadaan Yesus mengubah yang tidak berarti
menjadi begitu berarti, mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang begitu
bernilai.
Seorang
Pdt alamrhum Pdt Brigman Sirait mengatakan: 10 orang yang sembuh tetapi hanya
satu yang diselamatkan, untuk apa sembuh tetapi tidak diselamatkan? Lebih baik
sakit tetapi diselamatkan, tetapi alangkah indahnya jika sembuh dan
diselamatkan seperti orang Samaria itu. Taat karena kebutuhan diri tidaklah
cukup untuk menunjukkan kualitas iman, karena yang kita harus lakukan ialah
taat karena kesadaran diri untuk mengucap syukur dan memuliakan Allah.
Saudaraku,virus
corona dan kusta memiliki beberapa kesamaan, di antaranya:
1. Baik
virus corona maupun kusta adalah jenis penyakit menular dan mematikan
2. Virus
Corona dan kusta sama-sama membuat orang yang mengalaminya harus diisolasi.
Saudaraku,
butuh ribuan tahun baru lamanya penyakit
baru penyakit kusta benar-benar dapat ditangani.
Bagaimana
dengan Virus Corona? Virus ini melanda dunia sudah memasuki tahun kedua sejak
akhir Desember 2019. Harapan kita adalah pandemic virus corona akan segera
berakhir dengan adanya vaksin dan pengobatannya segera dapat ditemukan.
Mari
kita renungkan: Sudah sejauh mana kita mengenal Yesus? Apakah Yesus hanya
laksana (mohon maaf) kantong doraemon yang dibutuhkan hanya karena banyak
kepentingan di dalamnya? Atau kita mengenal Yesus sebagai Anugerah terindah Penyelamat
tetapi juga Pemilik hidup kita? Oleh karena itu, saudaraku, muliakanlah TUHAN,
tersungkurlah di hadapan-Nya, dan mengucap syukurlah kepada-Nya.
TUHAN
YESUS mengasihi saya dan saudara. Amin.
Terima kasih ...
BalasHapusSangat terberkati.
Tuhan kiranya akan memberkati Pendeta dengan hikmatNya untuk tetap menjadi saluran berkat🙏
Sama2 pnt.. TUHAN YESUS berkati torang samua🙏..
HapusWelcome to kolom 3😍😍
Thanks God.
BalasHapusTerima kasih utk ulasan dan penjelasan thd firman tsb, sangat memberkati ; TYm.
BalasHapus