Renungan Roma 2:1-16

 

ROMA 2:1-16

Judul: “Hukuman Allah Atas Semua Orang”

Tema: “Allah Tidak Memandang Bulu”

Edisi  20 – 26 Juni 2021

 

Shallom!

Damai di hati….

DiSulawesi Utara ada sebuah semboyan yang sangat terkenal yang dicetuskan oleh mantan Gubernur Sulawesi Utara yakni Bpk EE Mangindaan. Semboyan itu ialah "Torang Samua Basudara". Sembyan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya budaya, bahasa dan agama yang ada di Sulawesi Utara. Tujuan dari semboyan ini sendiri adalah untuk mengingatkan bahwa tidak ada komunitas tertentu yang lebih tinggi dari komunitas lainnya, sebab semuanya adalah sama.

Roma 2:1-16 merupakan tulisan Paulus kepada jemaat yang ada di Roma, mereka yang berlatar belakang Yahudi tetapi juga non Yahudi. Jemaat di Roma kemungkinan adalah jemaat yang berhasil didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat dalam pelayanan Paulus. 

Perbedaan di antara jemaat yang ada di Roma khususnya terjadi antara jemaat yang berlatar belakang Yahudi dan jemaat berlatar belakang Yunani. Jemaat berlatar belakang Yahudi merasa bahwa keistimewaan mereka ialah karena mereka adalah mereka adalah umat pilihan Allah dan bahwa mereka menjaga aturan Hukum Taurat. Sedangkan jemaat berlatar belakang Yunani merasa mereka lebih istimewa karena jumlah mereka yang cukup banyak. Oleh karena beberapa pemahaman inilah maka terjadi hal saling menghakimi di antara mereka.Pasal 1:7 Paulus memuji perkembangan iman jemaat yang ada di Roma, sekalipun disadari dalam setiap perkembangan iman jemaat selalu saja ada tantangan yang dihadapi. Sayangnya, masalah yang dihadapi dalam jemaat itu berasal dari tubuh jemaat itu sendiri. Salah satu masalah yang dihadapi ialah munculnya sikap “main hakim sendiri”. Kata menghakimi dalam terjemahan Yunani Krinon muncul berulang kali dalam ayat 1. Kata menghakimi di sini berarti memberi penilaian tidak menyenangkan berupa mengecam, atau mencari kesalahan. 

Sesungguhnya Allah akan menghukum setiap perbuatan dosa yang dilakukan oleh setiap manusia, tetapi Ketika Allah tidak langsung menghukum dosa, hal ini merupakan kemurahan Allah sebagai suatu kesempatan untuk bertobat.

Dalam ayat 5 Paulus mengingatkan bahwa orang yang mengeraskan hati adalah orang yang menimbun murka dan hukuman Allah atas dirinya sendiri. Allah membalas setiap orang menurut perbuatannya masing-masing.  Mereka yang melakukan kebaikan, bagi mereka dinyatakan hidup kekal yakni mereka yang melakukan kebaikan, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan. Tetapi mereka yang melakukan perbuatan yang tidak baik, yakni mencari kepentingan sendiri, tidak taat pada kebenaran, taat pada kelaliman maka murka dan geram Allah akan menimpa kehidupan mereka. Dua kali Paulus menyebut bahwa hal ini berlaku bagi orang Yahudi dan juga Yunani. Hal ini menjelaskan bahwa sebenarnya baik orang Yahudi maupun orang Yunani semua sama di mata Tuhan.

Selanjutnya, Paulus juga mengangkat bahasan tentang kehidupan dalam hukum Taurat. Bagi Paulus bukanlah tetnang pengetahuan akan Taurat yang membenarkan manusia, tetapi orang yang melakukan Taurat itulah yang diselamatkan. Karena sekalipun orang tidak mengetahui Taurat, tetapi jika mereka melakukan apa yang baik dan benar, maka perbuatan itulah yang akan mengikuti mereka. Di sinilah peran "hati nurani" turut diperhitungkan sebagai sikap yang benar.

Semua penjelasan itu menjadi suatu peringatan kepada semua orang percaya, bahwa terkadang manusia cenderung suka menghakimi sesama tanpa memeriksa kehidupannya sendiri apakah telah hidup benar atau tidak. Yesus berfirman: “Mengapa engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat.7:3). Lebih muda bagi kita menilai perbuatan orang lain daripada mengenal diri kita sendiri.

Saudara, saudara…

Setiap buah dikenal dari aromanya, demikian pula kehidupan kita. Iman kita dikenal dari setiap perbuatan kita, sebab perbuatan kita menunjukkan komitmen iman yang nyata. Dari perbuatan kitalah maka kita sedang memuliakan Tuhan. Merasa diri benar bukanlah Tindakan benar, apalagi menghakimi orang lain.

Pada akhirnya setiap manusia akan dihakimi menurut perbuatan mereka masing-masing oleh hakim yang adil yakni Kristus Yesus.maka mengakhiri perenungan ini, di masa kita merenungkan bagaimana tentang kedatangan Yesus Kembali sebagai Hakim, mari kita tanyakan hal ini dalam diri kita sendiri “Apakah kita telah siap mempertanggungjawabkan segala sikap hidup kita di hadapan Tuhan Sang Hakim yang Adil?”. Di dalam Tuhan tidak ada yang tertutup dan tidak ada yang dapat ditutupi. Jika kita sedang menghakimi sesama, maka segeralah kita bertobat. Dan jika kita sedang dihakimi padahal kita tau bahwa kita tidak bersalah, maka serahkanlah semua kepada Kristus Yesus, sebab jika kebenaran tidak kita dapatkan di dunia ini, maka akan datang waktunya di mana waktu Tuhan diperhadapkan kepada kita  semua.

Ingatlah bahwa: "TORANG SAMUA BASUDARA"

Tuhan Yesus memberkati dan menolong kita sekalian. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen