Yudas 1:17-23 "Nasihat-Nasihat Untuk Meneguhkan Iman" // Renungan GMIM // Renungan Kristen Edisi 5-11 September 2021 // Jangan Menjadi Pemecah Belah Persekutuan


 YUDAS 1:17-23  “NASIHAT-NASIHAT UNTUK MENEGUHKAN IMAN”

Edisi 5 – 11 September 2021

Tema     : JANGAN MENJADI PEMECAH BELAH PERSEKUTUAN

1:17 Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan t  kepada kamu oleh rasul-rasul u  Tuhan kita, Yesus Kristus. 1:18 Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu: "Menjelang akhir zaman 1  v  akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa nafsu kefasikan w  mereka." 1:19 Mereka adalah pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus. x  1:20 Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri 2  y  di atas dasar imanmu z  yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. a  1:21 Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan b  rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. c  1:22 Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, 1:23 selamatkanlah d  mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa. e

 

 Khotbah....

Hidup rukun dan damai adalah dambaan setiap orang, tetapi hal ini menjadi mustahil jika tidak ada sikap saling menghormati dan saling menghargai. Bagi orang yang suka melakukan kejahatan pasti merasakan kepuasan tersendiri jika berbuat jahat, sementara bagi orang yang suka damai akan merasa sedih bahkan akan timbul ketakutan bahkan bisa saja ada trauma mendalam karena perbuatan buruk yang ia terima. Misalnya saja kasus “bullying”. Kasus seperti ini sering kita dapati terjadi terhadap anak-anak. Bullying adalah suatu tindakan jahat yang dilakukan secara verbal ataupun non verbal dengan tujuan untuk menyakiti karena merasa lebih berkuasa atau pun lebih kuat. Salah satu contoh sikap bullying adalah “mengejek” yang sama artinya dengan menghina atau mengolok-olok. Sikap ini sering disebut sebagai “pembunuhan karakter”, karena mengejek orang lain bisa membuat seseorang malu berkarya, takut bergaul bahkan bisa ada trauma mendalam.

Pengejek disebutkan oleh Yudas dalam pasal 1:18. Hal ini berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh penerima Surat Yudas ini yakni setiap orang percaya di abad pertama Masehi tepatnya masa di antara tahun 50 – 80 Masehi. Dalam pasal 1:1 Yudas memperkenalkan dirinya sebagai seorang hamba Yesus Kristus, saudara Yakobus. Yudas ini bukanlah seorang murid Yesus yang mengkhianati Yesus, nama Yudas bagi kalangan umat Yahudi adalah sebuah nama yang umum digunakan. Dalam Matius 13:55 menyebut Yesus dan Yakobus memiliki seorang saudara yang bernama Yudas.

Adapun masalah yang terjadi disebutkan oleh Yudas dalam ayat 4, ternyata ada orang tertentu yang telah masuk di antara orang-orang percaya. Mereka ini bukanlah orang yang tidak mengenal Injil, tetapi justru mereka adalah orang yang mengenal Injil tetapi tidak melakukan Injil itu dengan benar, atau disebut oleh Yudas sebagai orang fasik yang menyalahgunakan kasih karunia Allah. Karena itu Yudas bermaksud mencatat suratnya ini supaya orang percaya tetap berjuang untuk mempertahankan iman.

Dalam ayat 17-18 Yudas menyebut apa yang dihadapi oleh umat TUHAN terutama dengan adanya pengejek-pengejek dalam jemaat bukanlah sesuatu hal yang baru, karena sesungguhnya hal ini sudah disampaikan oleh para rasul TUHAN yang terdahulu. Para pengejek ini disebut oleh Yudas sebagai pemecah belah yang dikuasai oleh keinginan dunia dan hidup tanpa Roh Kudus.

Ayat 19-23 Yudas menasihati umat percaya yang hidup sesuai kehendak TUHAN untuk bijak menghadapi persoalan tersebut. Tindakan untuk menghadapi hal-hal yang demikian sedianya dilakukan dengan dua acara, yakni yang pertama membentuk pertahanan diri dan yang kedua membagikan pertahanan diri terhadap orang lain.

Hal pertama yakni membentuk pertahanan diri dilakukan dengan tiga hal, yakni :

·         Bangun dirimu di atas dasar iman yang paling suci. Ibarat sebuah rumah jika didirikan di atas dasar yang kuat, badai sebesar apapun tidak akan meruntuhkan rumah tersebut, tapi jika dibangun atas dasar yang lemah, rumah itu pasti akan goyah. Demikian pula kehidupan orang percaya, jika iman lemah maka masalah sekecil apapun akan meruntuhkan diri kita, tapi jika iman kita kuat, maka masalah sebesar apapun tidak akan mudah meruntuhkan kita.

·         Berdoalah dalam Roh Kudus. Saudaraku, persoalan doa bukanlah seberapa Panjang dan sebarapa banyak doa yang kita sampaikan, tapi persoalan ketika berdoa adalah apakah kita berdoa dalam Roh Kudus? Tak dapat kita pungkiri bahwa saat berdoa kita sering mengucapkan apa yang sudah kita hafal, sehingga terkadang apa yang kita doakan kemarin itu juga yang kita sampaikan hari ini, demikian pula esok dan seterusnya. Yudas mengingatkan suatu hal yang penting dalam berdoa, bahwa ketika berdoa maka berdoalah dalam Roh Kudus. Ingat peranan Roh Kudus itu sangat penting, sebab Roh Kudus menghentar kita untuk bukan saja mengucapkan isi doa tapi juga bertindak dengan benar dari apa yang kita doakan.

·         Dan yang ketiga, pertahanan diri kita ialah pelihara diri dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat TUHAN YESUS KRISTUS. Rahmat sama artinya dengan belas kasihan, memelihara diri dalam kasih Allah karena ada keyakinan bahwa rahmat atau belas kasihan Allah pasti akan diberikan bagi orang yang menantikan Allah.

Kemudian bagaimana cara membagikan pertahanan diri tersebut? Dalam ayat 22- 23 dalam kitab Yudas ini dua kali dicatat supaya “tunjukkanlah belas kasihan”. Belas kasihan yang pertama kepada mereka yang ragu-ragu dalam terjemahan aslinya juga bisa diartikan mereka yang mendebat atau mungkin saja memiliki pandangan berbeda dan berselisih paham, bahkan selamatkanlah mereka dengan cara merampas dari api. Api adalah gambaran dari penghukuman, hal ini begitu menegaskan orang percaya yang taat bahwa dalam berbelas kasih harus ada ketegasan yang dilakukan dengan segera atau dengan tidak menunda untuk menolong mereka yang seharusnya mendapat penghukuman.

“Berbelas kasihan selanjutnya” disebut dilakukan dengan disertai ketakutan kepada orang lain. Ketakutan di sini haruslah haruslah dilihat dari situasi yang ada sebab dari teks aslinya makna kata takut dalam ayat ini berpadanan dengan arti hormat atau segan. Jadi takut dalam hal ini bukanlah tidak berani, tetapi lebih kepada menghormati. Tetapi Yudas juga mengingatkan supaya bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan daging. Pakaian dalam hal ini bukanlah baju yang menutupi tubuh, tapi pakaian di sini bermakna sikap hidup yang ditunjukkan tapi dalam hal ini sikap yang dilakukan dengan hawa nafsu. Hal itu berarti, Yudas mengajak setiap orang percaya yang taat untuk tetap berbelas kasih bahkan menghormati semua orang termasuk mereka yang tidak sepaham, tetapi tetap membenci atau tidak menyukai prilaku jahat mereka.

Saudara-saudaraku, mengasihi semua orang adalah suatu tindakan iman yang harus dilakukan. Perenungan Yudas 1:17-23 menghentar kita ada di posisi mana? Apakah kita ada dalam posisi orang percaya tapi hanya identitas atau statusnya saja yang disebut Kristen yakni Kristen KTP? Atau kita ada dalam posisi orang yang bersikap atau berkarakter benar tapi sayangnya kita hidup dalam lingkaran penuh dengan orang-orang yang suka mengejek atau juga bersifat munafik terhadap kita di mana ada saja orang yang berusaha memecah belah kita? Saudara-saudaraku, tetaplah berjuang untuk mempertahankan iman sebagaimana maksud dari semua tulisan Yudas. Mempertahankan iman sebagaimana nasihat yang kita baca dari surat Yudas ini. Janganlah kita menjadi pemecah belah baik dalam keluarga, persekutuan jemaat atau pun masyarakat, tapi marilah kita hidup saling berbelas kasih, kasrena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. TUHAN YESUS memberkati kita semua. Amin.



*********EKSPOSISI YUDAS 1:17-23 ********

Tidak begitu jelas kapan surat ini ditulis, yang pastinya surat ditulis di abad pertama Masehi, ada yang menyebut di masa antara tahun 50 Masehi sampai tahun 80 Masehi.

Penulis kitab ini nmemperkenalkan diri sebagai Yudas, hamba Yesus Kristus, saudara Yakobus (1:1). Matius 13:55 memperkenalkan ada seorang bernama Yudas yang merupakan saudara Yakobus dan saudara Yesus juga yang tidak termasuk di antara 12 rasul. Yang pastinya Yudas sang penulis bukanlah Yudas yang mengkhianati Yesus.

Dalam pasal 1:4 Yudas menyebut ada orang tertentu yang telah masuk di antara orang percaya dan menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu mereka dan menyangkal satu-satunya Penguasa dan TUHAN Yesus Kristus. Oleh karena itu tujuan dari surat Yudas ini adalah untuk mendorong dan menasihati orang percaya supaya tetap berjuang mempertahankan iman.

Pasal 1:17-18 Yudas mengingatkan orang percaya bahwa “menjelang akhir zaman para pengejek akan tampil menuruti nafsu kefasikan mereka” dan hal ini sudah disampaikan oleh para rasul terdahulu. Pengejek sama artinya dengan orang yang menghina atau mengolok-olok, dan sikap ini merupakan sikap pemecah belah karena dikuasai oleh keinginan dunia bukan keinginan Roh Kudus. Sikap mengejek berarti menganggap diri lebih baik dari orang lain dan membenarkan diri sendiri. Hal ini tidak boleh ditiru oleh setiap orang percaya karena orang percaya harus hidup di dalam Roh Kudus dan itu berarti kita tidak boleh menjadi pemecah belah.

Untuk menghadapi masalah tersebut setiap orang percaya harus menghadapinya dengan membentuk pertahanan dari dalam diri sendiri. Yudas menyebut bahwa orang percaya harus membangun diri di atas dasar iman yang paling suci dan berdoa dalam Roh Kudus. Iman membangun rumah, jika rumah itu dibangun di atas dasar yang teguh maka rumah itu tidak akan runtuh. Akan tetapi sebaliknya, jika rumah itu dibangun dengan dasar yang tidak kuat, maka rumah itu pasti akan runtuh. Demikian pula dengan orang percaya, orang yang memiliki iman yang kuat dalam menghadapi ejekan seperti apapun tidak akan meruntuhkan iman, tapi jika iman kita lemah maka ejekan sekecil apapun pasti akan melemahkan iman kita.

Selain membangun diri, Yudas juga menyebut supaya dapat memelihara diri dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat TUHAN. Dari teks Yunani kata memelihara diterjemahkan dari “therhesate” kata dasarnya “therheo” yang bermakna memelihara atau mempertahankan atau juga menjaga. Kemudian kata “rahmat” diterjemahkan dari kata “eleo” dari kata dasarnya “eleos” yang bermakna rahmat, atau belas kasihan, atau juga kemurahan. Dalam ayat 22 dan 23 kata ini diterjemahkan “belas kasihan”. Kata ini disebutkan sebanyak tiga kali dari ayat 21 sampai 23, yang menunjukkan suatu ketegasan bahwa kata ini begitu penting untuk diterapkan.

Dalam ayat 21 kata “eleate atau eleos” yang diterjemahkan “rahmat” menunjuk pada belas kasihan Allah kepada manusia. Hal ini menunjukkan Ketika orang percaya sementara memelihara diri, maka di saat bersamaan orang percaya juga sedang menantikan belas kasihan Allah untuk hidup kekal.

Sementara itu kata “eleon atau eleos” yang diterjemahkan “belas kasihan” dalam ayat 22 menunjukkan sikap orang percaya kepada mereka yang disebut “ragu-ragu”. Kata “ragu-ragu” diterjemahkan dari kata “diakrinomenous” asal katanya “diakrino” yang diterjemahkan ragu-ragu, bimbang, berselisih atau juga membedakan. Jika dilihat dari situasi yang ada, maka kalimat dalam ayat 22 ini mungkin bisa diterjemahkan dengan tunjukkanlah belas kasihan kepada orang yang berbeda dengan kamu, atau yang berselisih dengan kamu. Artinya kata belas kasihan pada ayat ini menunjuk pada sikap orang percaya terhadap sesama.

Kemudian dalam ayat 23 Yudas menyebut orang percaya harus merampas mereka dari api. Kata “merampas” diterjemahkan dari kata “harpazontes” yang bermakna merampas atau membawa dengan paksa atau juga merebut. Sedangkan “api” sering diibaratkan sebagai suatu penghukuman. Hal itu berarti ayat 23 ini mau menghentar orang percaya supaya mau menjadi sarana yang menolong atau menyelamatkan mereka yang dihukum.

Sementara itu bagian akhir dari Yudas ayat 23 ini kembali menyebut kata “eleate atau eleos” yang diterjemahkan belas kasihan. Tapi dalam konteks ini Yudas juga menyebut disertai ketakutan terhadap orang-orang lain juga. Ketakutan dari teks Yunaninya disebut “phobos” yang diartikan takut, enggan atau juga hormat kepada manusia. Jadi kata takut dalam teks ini mungkin lebih mengarahkan orang percaya bahwa ketika berbelas kasihan kepada orang lain hendaknya disertai dengan sikap takut atau lebih kepada menghormati orang tersebut. Tapi Yudas juga menyebut untuk membenci pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan daging. Kata pakaian di sini janganlah ditafsirkan sebagai baju yang menutupi tubuh seseorang, tapi pakaian di sini lebih mungkin ditafsirkan sebagai lambang dari sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang yang disebut tercemar karena keinginan-keinginan daging. Hal ini berarti, orang percaya harus berbelas kasihan bahkan takut atau menghormati orang yang tercemar oleh keinginan daging atau nafsu mereka, tetapi tetap harus membenci perilaku dosa mereka. Artinya harus tetap mengasihi orangnya tetapi membenci prilaku jahat atau dosanya.

Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati oleh TUHAN YESUS KRISTUS, perikop Yudas 1:17-23 kembali membentuk karakter orang percaya. Membangun karakter orang percaya tidak bergantung pada situasi apa yang sementara dihadapi, karena setiap orang percaya harus punya prinsip atau pendirian sebagai suatu pertahanan untuk menghadapi persoalan yang muncul. Membentuk pertahanan dengan membina diri berdasarkan iman pada Yesus Kristus serta terus berdoa dalam Roh Kudus adalah hal yang jauh lebih baik daripada membalas perbuatan orang lain dengan kejahatan. Kehidupan yang berbelas kasih selalu kita minta dari TUHAN, dan ketika saatnya belas kasih itu dituntut dari diri kita, maka hal itu harus kita wujudkan. Janganlah menjadi pemecah belah sebab itu bertentangan dengan kewajiban orang percaya. Pemecah belah sama artinya dengan mencerai beraikan, tidak ada persatuan, pemecah belah bisa terjadi salah satunya karena ejekan atau hinaan seperti yang disebut dalam ayat 18. Janganlah kita terpengaruh dengan segala ucapan yang mengejek atau menghina, dan segala tindakan yang tujuannya untuk memecah belah. Mari kita hadapi persoalan dengan membangun iman di dalam Yesus Kristus. TUHAN YESUS memberkati. Amin.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen