YUNUS 1:1-17 YUNUS MENGINGKARI PANGGILAN TUHAN Renungan GMIM Edisi 1-7 Agustus 2021 PEMBENTUKAN INTEGRITAS KEHAMBAAN
YUNUS 1:1-17 “YUNUS MENGINGKARI PANGGILAN TUHAN”
Edisi 1 – 7 Agustus 2021 Renungan GMIM
Tema: “Pembentukan Integritas Kehambaan”
Saudara yang dikasihi dan diberkati TUHAN, kita mungkin mengenal
istilah tentang hukum “tabur tuai”. Contohnya, siapa berbuat salah hendaklah ia
dihukum. Mungkin ada yang beranggapan bahwa hal tersebut adalah mutlak atau
suat keharusan. Jika kita beranggapan demikian, maka besar kemungkinan kita
juga memiliki pandangan yang sama seperti Yunus terhadap penduduk Niniwe.
Yunus seorang nabi TUHAN yang dipakai sebagai nabi di Kerajaan Israel Utara pada
masa Yerobeam bin Yoas raja Israel. Dalam pasal 1:9 Yunus memperkenalkan
dirinya sebagai seorang Ibrani yang takut akan TUHAN ALLAH yang empunya langit
dan bumi. Yunus diperintahkan oleh TUHAN ALLAH untuk berseru kepada bangsa
Niniwe, kota yang besar dan berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang
(Pasal 4:11). Niniwe dikenal sebagai kota yang penuh dengan kejahatan dan
Niniwe bukanlah bagian dari Kerajaan Israel sebab Niniwe dahulunya adalah ibukota
Asyur. Ada banyak cara manusia dalam menjawab perintah panggilan TUHAN. Ada
yang menerima tapi ada juga yang menolak dengan berbagai alasan. Mereka yang
menerima panggilan TUHAN ALLAH sebut saja Abraham yang menerima perintah TUHAN
tanpa berbanta-bantahan, tapi yang menolak panggilan TUHAN contohnya adalah
Musa dengan alasan tidak pandai bicara walau akhirnya dia menerima panggilan TUHAN
ini.
Yunus seorang Nabi TUHAN, Ketika ia dipanggil untuk berseru bagi
Niniwe ia justru melarikan diri ke Tarsis yang justru jauh dari Niniwe. Boleh
jadi Yunus menolak untuk berseru bagi Niniwe mungkin karena Yunus memiliki
pemahaman umum yang dipahami umat Israel bahwa bangsa bukan Israel tidak layak
diselamatkan dari dosa-dosa mereka. Dan ternyata
dalam Yunus pasal 4:2 Yunus ternyata mengemukakan pemikirannya sendiri tentang
siapa TUHAN ALLAH, bahwa baginya TUHAN ALLAH adalah pengasih dan penyayang, Panjang
sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal akan malapetaka yang hendak
didatangkannya. Itu berarti Yunus menganggap percuma untuk memperingatkan
kesalahan Niniwe jika tidak ada penghukuman bagi mereka.
Sikap melarikan diri dalam Bahasa Ibrani “barach” disama artikan
dengan melepaskan diri atau enyah dari hadapan TUHAN. Sikap inilah yang diambil
oleh Yunus untuk menjauh dari perintah TUHAN. Dalam ayat 3 sebanyak 2 kali
dikatakan bahwa Yunus berusaha “jauh dari hadapan TUHAN”. Tindakan jauh dari
hadapan TUHAN dapat dikatakan sebagai suatu sikap kemunduran iman / rohani
seseorang.
Tapi Yunus 1:4-13 menunjukkan bahwa Allah dapat memakai apa saja
untuk menegor umat-Nya, termasuk TUHAN ALLAH dapat memakai alam ciptaan-Nya
untuk menunjukkan kedaulatan-Nya. Dalam ayat 5 dikatakan “awak kapal menjadi
takut dan masing-masing berteriak kepada allahnya, tetapi angin ribut dan badai
besar itu tetap tidak berhenti. Sementara para awak kapal ketakutan Yunus
justru tertidur di bagian kapal yang paling bawah, tempat ini bukanlah tempat yang
paling nyaman untuk ditempati, tetapi Yunus memilih tempat ini untuk suatu
ketegasan mengucilkan diri dari hadapan TUHAN. Tertidur dengan lelap
menunjukkan sikap Yunus yang merasa nyaman dengan keberadaannya, bahkan
menunjukkan sikapnya yang tidak mau mendengar dan tidak peduli dengan apa yang sedang
terjadi di sekitarnya.
Nahkoda kapal adalah seorang pemimpin kapal yang pasti tahu membaca
situasi alam Ketika berada di kapal, dan ia sadar betul bahwa situasi yang ada
saat itu tidaklah mudah karena hebatnya goncangan angin dan badai saat itu. Nahkoda
kapal mempertanyakan sikap Yunus yang tidak melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukan oleh orang lain yakni berseru kepada Allah yang dia sembah.
Dalam situasi tertentu membuang undi adalah suatu sikap yang
diperbolehkan TUHAN Ketika orang-orang hendak mengetahui kehendaknya TUHAN. Contohnya
saja cerita tentang Yosua dalam Yosus 18:6-10. Sikap inilah yang dilakukan mereka
untuk mengetahui siapa sebenarnya penyebab semua hal tersebut dan didapatilah
Yunus yang terkena undi. TUHAN memilih menggunakan badai sebagai sarana untuk
mengguncang iman Yunus yang semakin merosot dan mengguncang rasa aman palsu
yang dirasakan Yunus yang berusaha jauh
dari hadapan TUHAN.
Mereka bertanya tentang siapa Yunus. Para pelaut non Yahudi
biasanya beranggapan bahwa laut memiliki dewanya sendiri, tetapi Ketika Yunus
memperkenalkan diri sebagai seorang Ibrani atau bangsa Yahudi yang takut akan
TUHAN ALLAH yang empunya langit dan yang telah menjadikan lautan dan daratan. Hal
ini menunjukkan bahwa sikap tidak takut akan TUHAN membawa malapetaka bagi
pribadi tapi juga berpengaruh terhadap lingkungan sekitar entahkah itu keluarga
atau orang-orang yang ada disekitar kita. Tetapi juga sikap untuk mau mengakui siapa
TUHAN ALLAH yang disembah akan membawa seseorang untuk dibentuk kembali menjadi
pribadi yang benar. Di sini kita bisa melihat, ternyata tujuan TUHAN ALLAH mendatangkan
angin ribut yang menyebabkan badai besar adalah untuk merestorasi iman Yunus,
TUHAN tidak bertujuan untuk membinasakan dia, tapi TUHAN manginginkan
pertobatan dan pembaharuan Yunus.
Mari kita perhatikan sikap orang-orang yang ada di kapal yang tidak
mengenal TUHAN ALLAH yang disembah Yunus, mereka yang tidak mengenal TUHAN
ALLAH justru memiliki sikap manusiawi untuk menolong Yunus dengan tidak
membuangnya ke laut. Tapi justru Yunus, seorang Yahudi nabi Allah, mati-matian
untuk tidak ingin melihat keselamatan bagi penduduk Niniwe.
Sekalipun Yunus berusaha
untuk menghalangi kasih Allah bagi penduduk Niniwe, tapi tidak ada seorangpun
yang dapat menghalangi kuasa Allah. TUHAN begitu adil, IA memberi pelajaran terhadap
Yunus yang berbuat salah, tapi TUHAN tidak menghukum mereka yang tidak berbuat
dosa. Justru Ketika Yunus dicampakkan ke laut, maka lautpun berhenti mengamuk.
Tetapi sebelumnya kita dapat mencermati kalimat yang disampaikan oleh orang
yang tidak mengenal TUHAN, dalam kalimat akhir mereka berkata “sebab Engkau,
TUHAN, telah berbuat seperti yang Kau kehendaki”. Di sini kita bisa melihat orang-orang
tersebut sangat cepat memahami bahwa TUHAN yang disembah Yunus dapat berbuat
apa saja yang TUHAN kehendaki, berbeda dengan Yunus yang sangat lambat untuk
menyadari tentang kedaulatan TUHAN terhadap bangsa Niniwe.
Dalam ayat 16 ketika laut berhenti mengamuk orang-orang menjadi
sangat takut. Kata takut di sini memiliki makna berbeda dengan kata takut dalam
ayat 5. Dalam ayat 16 kata takut lebih bermakna “menjadi hormat, lebih respect”
kepada TUHAN yang disembah oleh Yunus dan karena itu mereka justru
mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar. Sikap
ini adalah sikap wujud pendamaian dan hormat mereka terhadap TUHAN ALLAH yang
disembah oleh Yunus.
Dalam ayat 17 dikatakan “atas penentuan TUHAN, maka seekor ikan
menelan Yunus, dan Yunus berada di dalamnya selama 3 hari 3 malam. Yunus tidak
mati dimakan oleh ikan, tetapi kembali lagi pada kedaulatan Allah yang bisa
memakai siapa saja dan apa saja sebagai sarana keselamatan yang daripada TUHAN.
Saudara-saudara, dari kisah tentang Yunus kita dapat melihat,
tidak ada seorang pun yang dapat mengagalkan rancangan keselamatan TUHAN ALLAH bagi
semua orang. Kedaulatan Allah yang penuh anugerah bertujuan untuk mendatangkan
keselamatan bagi semua orang. Tidak ada yang dapat melarikan diri dari TUHAN
ALLAH sebab tidak ada yang tersembunyi di hadapan TUHAN ALLAH.
Yang tak kalah menariknya, cara Allah kadang disampaikan dalam
bentuk begitu ironi untuk mencapai maksud dan tujuan-Nya. Bila orang yang tidak
percaya saja menunjukkan sikap benar untuk mau menolong sesama seperti yang
dilakukan oleh orang-orang yang ada di kapal, bagaimana bisa hamba TUHAN atau
umat TUHAN tidak mau dipakai sebagai sarana keselamatan bagi orang lain karena
merasa diri paling benar dan orang lain tidak layak diselamatkan?
TUHAN ALLAH di dalam Yesus Kristus yang benar sekalipun mau
berkorban bagi setiap orang berdosa, apalagi kita manusia biasa yang seharusnya
mau untuk saling tolong menolong terhadap orang lain. TUHAN ALLAH bisa memakai
badai untuk merestorasi iman Yunus yang mulai merosot, mungkin saja demikian
dengan badai corona yang menerpa dunia ini. Jangan-jangan ini juga merupakan
badai yang dipakai TUHAN untuk merestorasi iman kita yang mulai kendor. Dengan
adanya saudara-saudara kita yang terpapar covid 19, maka kepada kita diserukan
untuk memberikan pertolongan, maka janganlah kita mengeraskan hati untuk menolong
sesama kita. Jangan merasa bahwa posisi kita berada di tempat yang aman dan
nyaman yang membuat kita tidak mau memberi perhatian kepada orang lain. Jangan
menganggap bahwa “mereka tidak layak kita tolong karena tidak seiman, mereka
tidak layak ditolong karena mereka orang jahat”, jangan membuat spekulasi yang
mendatangkan celaka bagi diri kita sendiri.
Mari kita lihat persoalan hidup kita sebagai salah satu cara Allah
untuk merestorasi (memulihkan ke keadaan semula) di mana kita mau memuliakan
TUHAN dengan menjawab panggilan TUHAN, melakukan perintah-Nya dan mau menolong
sesama. TUHAN YESUS memberkati. Amin
Komentar
Posting Komentar