Kisah Para Rasul 5:1-11 "Ananias Dan Safira" Renungan GMIM Edisi 25-31 Juli 2021 // Kebenaran Versus Dusta

 

KISAH PARA RASUL 5:1-11 “ANANIAS DAN SAFIRA”

5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. 5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu w  dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki x  rasul-rasul. 5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu y  dikuasai Iblis, z  sehingga engkau mendustai Roh Kudus 1  a  dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? b  5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? c  Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu 2  dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah. d 5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya 3 . e  Maka sangatlah ketakutan f  semua orang yang mendengar hal itu. 5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, g  mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. 5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. 5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian. h 5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? i  Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." 5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. j  Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. k  5:11 Maka sangat ketakutanlah l  seluruh jemaat 4  dan semua orang yang mendengar hal itu.

 

Renungan ……

TEMA MINGGUAN      “KEBENARAN VERSUS DUSTA”

Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh tabib Lukas yang ditujukan kepada “Teofilus” (Kis. 1:1). Jika dilihat dari tulisannya disebutkan “Teofilus yang mulia”, ada kemungkinan Teofilus adalah seseorang yang terpandang di masa itu, tapi juga ada tafsiran bahwa Teofilus adalah sebuah symbol dari “Teo” yaitu TUHAN dan Philia (Filia) yang berarti kasih terhadap sesama atau sahabat, karena itu Teofilus diartikan ditujukan kepada semua sahabat di dalam TUHAN.

Kitab Kisah Para Rasul ditulis kurang lebih tahun 60 SM, masa di mana Yehuda dikepung oleh pasukan Romawi. Kitab Kisah para rasul merupakan lanjutan cerita dari catatan kitab Lukas. Jika dalam Kitab Lukas mencatat tentang Yesus Kristus, maka dalam Kitab Kisah Para Rasul mencatat tentang peranan Roh Kudus kepada orang-orang yang dipakai oleh TUHAN, termasuk bagaimana kehidupan gereja mula-mula.

Akibat kerja Roh Kudus maka para rasul dibuat berani dan mampu memberitakan Firman Allah. Akibat kerja Roh Kudus pula maka setiap orang yang percaya hidup sehati dan sejiwa. Bahkan segala sesuatu adalah kepunyaan bersama sehingga mereka rela menjual tanah / rumah mereka demi kebutuhan bersama. Sebagai contohnya dalam Kisah Para Rasul 4 : 32-37 diceritakan seorang yang Bernama Yusuf yang disebut Barnabas menjual ladang miliknya lalu membawa uangnya dan diletakkan di depan kaki para Rasul.

Dalam kisah selanjutnya diceritakan tentang sepasang suami isteri yakni Ananias dan Safira yang menjual sebidang tanah milik mereka dan memberikan kepada para rasul hasil penjualan sebidang tanah mereka tetapi dengan motivasi dan cara yang tidak benar. Pasal 5:2 diceritakan bahwa “dengan setahu isterinya ia menahan Sebagian dari hasil penjualan itu”, di sini kita melihat bahwa sepertinya ada kesengajaan dari sang isteri untuk membiarkan sikap suaminya untuk berbuat tidak benar. Seorang isteri seharusnya menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya. Kesepakatan di antara suami isteri adalah suatu hal yang baik, karena hal itu berarti keduanya saling menghargai pendapat. Tetapi yang menjadi persoalan apakah kesepakatan itu bertujuan baik atau justru sepakat untuk hal yang tidak benar. Seorang suami yang baik seharusnya menuntun isterinya untuk berbuat benar, demikian pula sebaliknya seorang isteri yang baik seharusnya menegor suami Ketika salah dan menopang suami untuk berbuat benar. Sayangnya Ananias dan Safira sangat menyadari tentang perbuatan mereka adalah perbuatan salah yang disengaja.

Nama Ananias berarti “Allah yang memberikan”, dan nama Safira berarti “cantik”, sayangnya arti nama mereka tidak sesuai dengan keperibadian mereka. Justru karakter yang ditunjukan oleh keduanya ialah: cinta uang, tidak jujur, bersekongkol dan melakukan kejahatan. Hal yang patut disoroti dari kisah ini bukan tentang memberi atau tidak memberi persembahan, banyak atau sedikit persembahan yang diberikan. Tapi kisah ini memberikan pesan tentang motivasi dan cara seseorang dalam memberi persembahan.

Mungkin bagi sebagian orang, berlaku jujur  adalah tindakan yang merugikan. Manusia hanya mampu melihat apa yang nampak oleh matanya, tetapi Roh Kudus mampu melihat sampai kedalaman hati seseorang karena Roh Kudus tidak dapat didustai. Ingat dalam Galatia 6:7 “Allah tidak membiarkan dirinya dipermainkan”.

Petrus seorang rasul TUHAN, ia dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga ia tahu apa yang telah dilakukan oleh Ananias dan Safira. Dalam ayat 3 Petrus menyebut bahwa Ananias membiarkan hatinya dikuasai oleh iblis. Mengapa? Karena salah satu sifat iblis ialah pendusta dan kebenaran tidak ada di dalam iblis, sebab itu dalam Yohanes 8:44 juga mengatakan bahwa “iblis adalah bapa segala pendusta”. Petrus menegor Ananias bahwa sebenarnya perbuatan yang dilakukan Ananias adalah untuk mendustai Roh Kudus. Petrus berkata sebenarnya Ketika tanah itu tidak dijual, tanah itu tetap milik Ananias dan Safira, bahkan Ketika dijualpun sebenarnya uang hasil penjualan tanah tetap berada dalam kuasa Ananias dan Safira. Tetapi masalahnya ialah Ketika Ananias dan Safira merancangkan dusta dan berbuat tidak benar.

TUHAN tidak meminta setiap orang untuk memberi dalam jumlah banyak, TUHAN juga tidak menginginkan harta manusia, karena sesungguhnya semua itu berasal daripada TUHAN. Tuhan melihat hati manusia dalam memberi. Kebohongan kepada TUHAN mendatangkan kematian pada Ananias, penghukuman terhadap Ananias ini justru menimbulkan rasa takut  dari banyak orang. Kata “takut” diterjemahkan dari Bahasa Yunani “Phobos” yang berarti takut, atau hormat kepada Allah, tapi juga menimbulkan sikap hormat kepada manusia atau bisa diartikan menghargai sesama.

Beberapa orang muda mengapani mayat Ananias dan cepat-cepat menguburkannya sebab ini adalah suatu tradisi orang Yahudi bahwa seseorang harus dikuburkan tidak boleh melebihi 1 x 24 jam.

Saudaraku, kejujuran adalah suatu sikap yang mahal harganya. Firman TUHAN dalam Matius 5:37 berkata “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakana tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat”.

Safira, isteri Ananias, yang sejak awal mengetahui kebohongan suaminya juga melakukan kebohongan Ketika ia ditanyai oleh Petrus yang juga mengakibatkan Safira kehilangan nyawanya. Hal ini mengingatkan kita tentang ungkapan “Karena mulut badan binasa”. Di sini kita melihat kedaulatan Allah yang bisa menghukum siapa saja atas dosa yang diperbuat bahkan mengambil kehidupan mereka.

Kehidupan Gereja mula-mula adalah kehidupan yang penuh kasih, setiap orang percaya yang memberi adalah karena memberi dengan motivasi kasih, tetapi Ketika ada kecurangan yakni memberi dengan motivasi dengan tidak benar maka kehidupan Gereja itu telah dinodai.

Kisah ini mengingatkan kita betapa Allah tidak dapat dicurangi sebab tidak ada satupun yang tersembunyi di hadapan Allah. TUHAN ALLAH tahu semua apa yang kita perbuat bahkan apa yang ada di dalam hati kita.

Rumah tangga orang percaya seharusnya menjadi tempat untuk saling menopang hidup dalam kebenaran Allah.

Ketamakan, kerakusan atau cinta uang, ingin dipuji, bersekongkol untuk berbuat jahat membuat manusia berusaha menghalalkan banyak hal termasuk bersikap tidak jujur.

Pelajaran dari Firman ini mengajarkan kita untuk sungguh-sungguh hidup jujur terhadap TUHAN dan sesama, sebab tidak peduli apakah manusia mengetahui motivasi kita atau tidak karena TUHAN melihat hati kita.

Hendaklah kita memberi bukan untuk mencari popularitas, tapi berilah persembahan untuk menghormati TUHAN sebagai tanda ucapan syukur kita. Ingat: “Akar dari segala kejahatan ialah cinta uang” (1 Tim. 6:10 TB).

Kita semua pernah berbuat dosa, tetapi jika kita masih hidup itu berarti TUHAN memberi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Jangan sia-siakan kesempatan itu untuk membaharui diri, supaya penghukuman yang sama seperti dialami oleh Ananias dan Safira tidak akan menimpa kehidupan kita.

Pekerjaan Roh Kudus memampukan Petrus untuk mengenal hati yang jujur, maka pekerjaan Roh Kudus juga yang kiranya akan menolong kita semua bertindak benar di hadapan TUHAN ALLAH. Jika kita dapat berbuat benar saat ini, janganlah tunda untuk melakukannya, TUHAN YESUS memberkati. Amin


Gambar diambil dari:

Alat-peraga-Sekolah-minggu-flash-card-cerita-sekolah-minggu-i.35670763 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen