Renungan GMIM Edisi 18-24 Juli 2021 // Amsal 4:1-17 “NASIHAT UNTUK MENCARI HIKMAT”

Amsal 4:1-17  “NASIHAT UNTUK MENCARI HIKMAT”

Tema “PENDIDIKAN ANAK YANG BERKARAKTER”

4:1 Dengarkanlah, hai anak-anak, b  didikan c  seorang ayah 1 , dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, d  4:2 karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku. 4:3 Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, 4:4 aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang e  perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup. f  4:5 Perolehlah hikmat, g  perolehlah pengertian 2 , jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. 4:6 Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, h  kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. i  4:7 Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh j  perolehlah pengertian. k  4:8 Junjunglah dia, maka engkau l  akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya. 4:9 Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah m  di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu." 4:10 Hai anakku, n  dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak. o  4:11 Aku mengajarkan p  jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan q  yang lurus. 4:12 Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung. r  4:13 Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu 3 . s  4:14 Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. t  4:15 Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus. 4:16 Karena mereka tidak dapat tidur, bila tidak berbuat jahat; u  kantuk mereka lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung; 4:17 karena mereka makan roti kefasikan, dan minum anggur kelaliman. v  

Renungan Firman .......

Seorang mantan Presiden Afrika Selatan yakni Nelson Mandela (Almh) pernah berucap bahwa “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia”. Benarkah demikian? Pendidikan adalah pembelajaran kebiasaan, pengetahuan serta keterampilan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Jika berbicara tentang Pendidikan maka pasti terkait dengan sekolah sebagai Lembaga Pendidikan formal. Tetapi ternyata, dalam keyakinan Kristen sesungguhnya Lembaga Pendidikan yang terutama bukanlah nanti pada sekolah formal, tetapi pada keluarga.

Kita melihat contoh Pendidikan yang diberikan oleh Raja Daud kepada anaknya yakni Salomo yang tertuang dalam kitab Amsal khususnya Amsal 4:1-17. Amsal dalam Bahasa Ibrani berasal dari kata “misyle / masyal” adalah singkatan dari “misyle Selomoh” yakni amsal-amsal Salomo. Amsal diartikan sebagai petuah, nasihat, ataupun pepatah yang berisi hikmat dan didikan.

Dalam Amsal 4:1-4 Salomo sebagai pengamsal menyapa para pembaca dengan sebutan “anak-anak” seperti suatu sapaan akrab orangtua terhadap anaknya, ataupun sapaan seorang guru terhadap murid-muridnya, sepertinya ini adalah suatu metode atau cara pendekatan yang cukup baik dan memudahkan pengamsal untuk memberikan suatu petuah atau nasihat sebagaimana tujuan dari kitab Amsal itu sendiri. Salomo mengajak para pembaca untuk mendengarkan didikan seorang ayah dan memperhatikannya supaya beroleh pengertian. Salomo memberi suatu contoh dirinya sendiri pun yang juga belajar dari sosok ayahnya. Hal ini menggambarkan suatu hubungan yang baik antara orang tua dan anak, bagaimana sosok atau figure seorang ayah atau pun orang tua sangat berpengaruh terhadap anak-anaknya. Sebagai seorang anak raja, Salomo pasti memiliki keistimewaan untuk mendapat pengajaran dari orang-orang yang terpelajar dan ahli di bidangnya pada masa itu, tetapi sepertinya kesibukan sebagai raja tidak membuat Daud ayah Salomo untuk tidak memperhatikan didikan terhadap anaknya. Dalam Kitab Ulangan pasal 6:4-9 Firman TUHAN memerintahkan umat Israel untuk mengajarkan secara berulang-ulang kepada anak-anak mereka tentang kasih kepada TUHAN. Hal ini mengingatkan betapa pentingnya Pendidikan di dalam lingkungan keluarga.

Selanjutnya dalam Amsal 4:5-9 Salomo membagikan beberapa hal yang ia dapatkan dari didikan ayahnya sendiri. Nasihat tersebut ialah tentang pentingnya hikmat. Dalam ayat 6 mengingatkan bahwa manusia sering lupa mempertahankan perkataan yang benar dan sering mengucapkan perkataan yang menyimpang dari mulutnya. Hikmat membuat seseorang dipelihara dan dikasihi, ditinggikan dan terhormat, sebagai karangan bunga yang indah serta mahkota yang indah. Itu berarti hikmat menjadikan seseorang menikmati kebaikan. Dalam Amsal 2:6 dicatat bahwa “TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian”. Itu berarti untuk memperoleh hikmat maka haruslah hidup dengan takut akan TUHAN.

Dalam ayat 10-17 Pengamsal menyebutkan “Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak”. Perkataan ini mengingatkan kita tentang perintah TUHAN ALLAH dalam Kel. 20:12 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan TUHAN, ALLAHmu kepadamu”. Mendengarkan perkataan orang tua apalagi melakukannya tentu mendatangkan berkat bagi setiap anak. Salomo sepertinya terus berulang kali menekankan untuk terus memperhatikan didikan serta hidup di dalam didikan dan menjauhkan diri dari kefasikan dan kejahatan.

Apakah fasik itu? Fasik berarti keluar dari sesuatu yang benar. Fasik berbeda dengan orang yang tidak tahu terhadap perintah TUHAN, karena orang fasik justru adalah orang yang mengetahui aturan-Nya TUHAN tetapi keluar dari aturan tersebut atau tidak patuh terhadap perintah TUHAN. Dalam Amsal 15:9 berkata “Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya”.

Jelas di sini bahwa hikmat serta didikan sangatlah bertentangan dengan kefasikan dan kejahatan.

Saudara-saudara, tidak ada seorang pun yang menginginkan anaknya menjadi tidak baik. Tapi dalam hal ini, orang tua tentu harus berperan mengambil andil dalam mendidik dan mengajarkan anak-anak kita untuk memiliki karakter yang baik.

Saya menonton salah satu kesaksian seorang comedy stand up Indonesia yakni Mongol berasal dari Sangihe Talaud, Manado yang mengungkapkan pernah menjadi pengikut sekte sesat yang menghujat Yesus. Dalam kesaksiannya mengatakan bahwa sekte sesat yang ia ikuti sasarannya adalah anak-anak muda, mengapa? Karena ternyata mereka melihat bahwa anak-anak muda mudah tergiur dengan hal-hal yang menantang, misalnya uang atau pun kecanggihan teknologi.

Hal ini mengingatkan kepada kita, anak-anak kita haruslah memiliki karakter yang kuat untuk takut akan TUHAN, mengejar hikmat dan didikan, agar mereka tidak terpengaruh dengan tawaran-tawaran yang tidak benar di hadapan TUHAN. Pendidikan yang berkarakter tidak hanya berbicara tentang cerdas intelektual saja, melainkan cerdas secara emosional dan cerdas spiritual.

Roma 12:2 tertulis “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

Perkembangan zaman boleh berubah, tapi iman tidak boleh berubah, iman tidak boleh dikuasai oleh perkembangan zaman, karena justru perkembangan zaman harus dikuasai oleh iman dan semua itu dimulai dari cara kita mendidik anak-anak kita. Maka benarlah perkataan seorang Nelson Mandela bahwa Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.

TUHAN kiranya menolong kita sebagai orangtua dalam mendidik anak-anak kita, dan TUHAN juga kiranya menolong anak-anak kita untuk bertekun dalam Pendidikan yang berkarakter takut akan TUHAN. Amin.


(Gambar dicoppy dari :
https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Ffaomasizoaya.blogspot.com%2F2013%2F02%2Fibadah-keluarga-keluarga-menjangkau-ke.html&psig=AOvVaw1VAVJFTjNrBT9VGLdJAxdR&ust=1626527797743000&source=images&cd=vfe&ved=0CBYQtaYDahcKEwi4zuyu1ufxAhUAAAAAHQAAAAAQFg ) 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen