Renungan GMIM Edisi 18-24 Juli 2021 // Amsal 4:1-17 “NASIHAT UNTUK MENCARI HIKMAT”
Amsal 4:1-17 “NASIHAT UNTUK MENCARI HIKMAT”
Tema “PENDIDIKAN ANAK YANG BERKARAKTER”
Renungan Firman .......
Seorang mantan Presiden Afrika Selatan yakni Nelson Mandela (Almh) pernah berucap bahwa “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia”. Benarkah demikian? Pendidikan adalah pembelajaran kebiasaan, pengetahuan serta keterampilan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Jika berbicara tentang Pendidikan maka pasti terkait dengan sekolah sebagai Lembaga Pendidikan formal. Tetapi ternyata, dalam keyakinan Kristen sesungguhnya Lembaga Pendidikan yang terutama bukanlah nanti pada sekolah formal, tetapi pada keluarga.
Kita
melihat contoh Pendidikan yang diberikan oleh Raja Daud kepada anaknya yakni
Salomo yang tertuang dalam kitab Amsal khususnya Amsal 4:1-17. Amsal dalam
Bahasa Ibrani berasal dari kata “misyle / masyal” adalah singkatan dari “misyle
Selomoh” yakni amsal-amsal Salomo. Amsal diartikan sebagai petuah, nasihat,
ataupun pepatah yang berisi hikmat dan didikan.
Dalam
Amsal 4:1-4 Salomo sebagai pengamsal menyapa para pembaca dengan sebutan
“anak-anak” seperti suatu sapaan akrab orangtua terhadap anaknya, ataupun
sapaan seorang guru terhadap murid-muridnya, sepertinya ini adalah suatu metode
atau cara pendekatan yang cukup baik dan memudahkan pengamsal untuk memberikan
suatu petuah atau nasihat sebagaimana tujuan dari kitab Amsal itu sendiri.
Salomo mengajak para pembaca untuk mendengarkan didikan seorang ayah dan
memperhatikannya supaya beroleh pengertian. Salomo memberi suatu contoh dirinya
sendiri pun yang juga belajar dari sosok ayahnya. Hal ini menggambarkan suatu
hubungan yang baik antara orang tua dan anak, bagaimana sosok atau figure
seorang ayah atau pun orang tua sangat berpengaruh terhadap anak-anaknya.
Sebagai seorang anak raja, Salomo pasti memiliki keistimewaan untuk mendapat
pengajaran dari orang-orang yang terpelajar dan ahli di bidangnya pada masa
itu, tetapi sepertinya kesibukan sebagai raja tidak membuat Daud ayah Salomo
untuk tidak memperhatikan didikan terhadap anaknya. Dalam Kitab Ulangan pasal
6:4-9 Firman TUHAN memerintahkan umat Israel untuk mengajarkan secara
berulang-ulang kepada anak-anak mereka tentang kasih kepada TUHAN. Hal ini
mengingatkan betapa pentingnya Pendidikan di dalam lingkungan keluarga.
Selanjutnya
dalam Amsal 4:5-9 Salomo membagikan beberapa hal yang ia dapatkan dari didikan
ayahnya sendiri. Nasihat tersebut ialah tentang pentingnya hikmat. Dalam ayat 6
mengingatkan bahwa manusia sering lupa mempertahankan perkataan yang benar dan
sering mengucapkan perkataan yang menyimpang dari mulutnya. Hikmat membuat
seseorang dipelihara dan dikasihi, ditinggikan dan terhormat, sebagai karangan
bunga yang indah serta mahkota yang indah. Itu berarti hikmat menjadikan
seseorang menikmati kebaikan. Dalam Amsal 2:6 dicatat bahwa “TUHANlah yang
memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian”. Itu
berarti untuk memperoleh hikmat maka haruslah hidup dengan takut akan TUHAN.
Dalam
ayat 10-17 Pengamsal menyebutkan “Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah
perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak”. Perkataan ini mengingatkan
kita tentang perintah TUHAN ALLAH dalam Kel. 20:12 “Hormatilah ayahmu dan
ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan TUHAN, ALLAHmu kepadamu”. Mendengarkan
perkataan orang tua apalagi melakukannya tentu mendatangkan berkat bagi setiap
anak. Salomo sepertinya terus berulang kali menekankan untuk terus
memperhatikan didikan serta hidup di dalam didikan dan menjauhkan diri dari
kefasikan dan kejahatan.
Apakah
fasik itu? Fasik berarti keluar dari sesuatu yang benar. Fasik berbeda dengan
orang yang tidak tahu terhadap perintah TUHAN, karena orang fasik justru adalah
orang yang mengetahui aturan-Nya TUHAN tetapi keluar dari aturan tersebut atau
tidak patuh terhadap perintah TUHAN. Dalam Amsal 15:9 berkata “Jalan orang
fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya”.
Jelas
di sini bahwa hikmat serta didikan sangatlah bertentangan dengan kefasikan dan
kejahatan.
Saudara-saudara,
tidak ada seorang pun yang menginginkan anaknya menjadi tidak baik. Tapi dalam
hal ini, orang tua tentu harus berperan mengambil andil dalam mendidik dan
mengajarkan anak-anak kita untuk memiliki karakter yang baik.
Saya
menonton salah satu kesaksian seorang comedy stand up Indonesia yakni Mongol
berasal dari Sangihe Talaud, Manado yang mengungkapkan pernah menjadi pengikut
sekte sesat yang menghujat Yesus. Dalam kesaksiannya mengatakan bahwa sekte
sesat yang ia ikuti sasarannya adalah anak-anak muda, mengapa? Karena ternyata
mereka melihat bahwa anak-anak muda mudah tergiur dengan hal-hal yang
menantang, misalnya uang atau pun kecanggihan teknologi.
Hal
ini mengingatkan kepada kita, anak-anak kita haruslah memiliki karakter yang
kuat untuk takut akan TUHAN, mengejar hikmat dan didikan, agar mereka tidak
terpengaruh dengan tawaran-tawaran yang tidak benar di hadapan TUHAN. Pendidikan
yang berkarakter tidak hanya berbicara tentang cerdas intelektual saja,
melainkan cerdas secara emosional dan cerdas spiritual.
Roma
12:2 tertulis “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Perkembangan
zaman boleh berubah, tapi iman tidak boleh berubah, iman tidak boleh dikuasai
oleh perkembangan zaman, karena justru perkembangan zaman harus dikuasai oleh
iman dan semua itu dimulai dari cara kita mendidik anak-anak kita. Maka
benarlah perkataan seorang Nelson Mandela bahwa Pendidikan adalah senjata
paling ampuh untuk mengubah dunia.
TUHAN
kiranya menolong kita sebagai orangtua dalam mendidik anak-anak kita, dan TUHAN
juga kiranya menolong anak-anak kita untuk bertekun dalam Pendidikan yang
berkarakter takut akan TUHAN. Amin.
Komentar
Posting Komentar