Amsal 2:1-22 // MTPJ GMIM 15-21 Mei 2022 "Hikmat Menuntun Orang Pada Jalan Yang Benar"
Amsal 2:1-22
Tema: "Hikmat Menuntun Orang Pada Jalan Yang Benar"
Amsal 1:1 mengantar pembaca bahwa kitab Amsal merupakan kumpulan Amsal Salomo bin Daud raja Israel , meskipun tidak semua tulisan dalam Kitab ini merupakan hasil tulisan Salomo. Salomo adalah raja ketiga Israel yang menggantikan ayahnya Daud. Salomo sangat terkenal dengan hikmat dan kebijaksanaan luar biasa TUHAN beri baginya, sehingga dengan memperkenalkan Salomo sebagai penulis kitab ini membawa para pembaca untuk melihat kitab ini sebagai kitab yang penuh wibawa.
Amsal dari Bahasa Inggris yakni Proverb yang berarti “pepatah atau pribahasa”. Dari Bahasa Ibrani disebut “misyle” yang arti dasarnya ialah mewakili / serupa atau membandingkan. Istilah ini dapat digunakan untuk salah satu bentuk sastra hikmat Israel Kuno, yang dalam bentuk paling sederhana disebut “kalimat hikmat”. Dapat dikatakan bahwa kitab Amsal merupakan kumpulan sajak dan ucapan ringkas yang berisi tentang nasihat untuk mendidik manusia.
Amsal 2:1-3:12 merupakan satu kesatuan yang berisi tentang pengajaran tentang manfaat hikmat (2:1-22), berkat hikmat (3:1-4) dan penyerahan diri kepada TUHAN (3:5-12).
Mari kita fokuskan pada Amsal 2:1-22. Lembaga Alkitab Indonesia memberi tema untuk bagian ini yakni “faedah dari pada menuntut hikmat”. Saya kira judul ini sangat tepat, sebab memang itulah pokok yang dibicarakan dalam Amsal 2:1-22 ini.
Ayat 1 menyebutkan:
“Hai anakku”, penulis dalam hal ini memposisikan diri bagaikan orang tua yang sedang berbicara menasihati sang buah hati atau bagaikan seorang guru yang sedang mendidik muridnya. Sehingga ketika membaca kalimat ini, para pembaca seakan-akan dihentar untuk menempatkan diri sebagai seorang yang sedang dididik atau diajari oleh orang tua atau guru.
“Jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan dalam hatimu”. Perkataan sang guru dalam hal ini menuntut kesediaan sang murid untuk menerima perkataan atau firman sang guru hikmat dan kesungguhan untuk menaruh di tempat yang aman segala perkataan sang guru hikmat, dan tempat yang aman itu ialah di dalam hati.
Dalam Perjanjian Lama “hati” (Lev) sering dianggap sama dengan “pikiran”, tetapi hati juga adalah pusat segala pertimbangan dan keinginan yang mencakup pemikiran intelektual dan seluruh keinginan serta emosi, dengan kata lain “hati” sering dijadikan inti atau pusat kehidupan seseorang.
Ayat 2-5:
Dari kerelaan dan kesungguhan sang murid, maka kerelaan itu ditunjukkan dengan:
- “telinga memperhatikan, mencenderungkan hati”. Telinga dari Bahasa Ibraninya “ozen”, yaitu bukan sekedar mendengar tapi juga kepatuhan (bdk. Amsal 4:20). Sementara “mencenderungkan hati”, mencenderungkan dari kata kerja piel yaitu kata yang mengekspresikan kesungguhan suatu tindakan. Jadi dalam hal ini mendengar dalam kepatuhan pada hikmat serta mengekspresikan kesungguhan suatu tindakan hati yang berpusat pada kepandaian.
- “berseru dan menujukan suara”. Bandingkan dengan Amsal 1:20 ketika hikmat berseru di tempat umum yang menunjukkan bahwa suara hikmat mengatasi segala hiruk pikuk di tempat pertemuan umum, hal ini lebih menegaskan sikap kesungguhan sang murid pada pengertian dan kepandaian.
Catatan dalam hal ini para pembaca diajak untuk melihat secara cermat bahwa sang guru hikmat menempatkan perkataannya laksana hikmat, kepandaian dan pengertian. Semua hal tersebut menyangkut tentang kemampuan untuk memahami dengan tepat dan benar, dan itu ada pada perkataan sang guru hikmat.
- “Jikalau engkau mencarinya seperti perak, dan engkau mengejarnya seperti harta terpendam”. Hikmat tidak hanya perlu dicari, tapi juga harus dikejar. Perumpamaan seperti perak di sini bagaikan logam galian yang berharga sedangkan harta terpendam merupakan barang berharga yang perlu ditemukan. Hal-hal ini memotivasi para pembaca selaku murid untuk dengan sungguh-sungguh mencari bahkan mengejar hikmat laksana berusaha mendapatkan suatu barang berharga yang menjadikan seseorang kaya.
- Ayat 5 membuka apa sebenarnya perak dan harta yang terpendam tersebut, yakni “pengertian tentang takut akan TUHAN dan pengenalan akan Allah” itulah kekayaan yang sesungguhnya.
Ayat 6-11
Dalam bagian ini pengamsal menuntun seseorang untuk memahami bahwa Sang Pemilik Hikmat itu ialah TUHAN, dan dari mulut-Nya (Firman-Nya) datang pengetahuan dan kepandaian. Hal ini mendorong para pembaca untuk dengan setia mau mendengarkan Firman TUHAN.
Ayat 7-11 merupakan catatan dari apa yang akan didapatkan dari hikmat TUHAN yakni:
- Menyediakan pertolongan bagi orang jujur; (Jujur merupakan sifat kesesuaian antara ucapan dan tindakan seseorang)
- Menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya; (perisai artinya sama dengan alat pelindung untuk menangkis sesuatu, maka hikmat menjadi alat pelindung bagi orang yang tidak bercela)
- Menjaga jalan keadilan, memelihara jalan orang yang setia;
- Mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran; (Hal-hal ini merupakan sifat-sifat ilahi)
- Hikmat masuk ke dalam hati dan pengetahuan menyenangkan jiwamu;
- Dipelihara oleh kebijaksanaan;
- Dijaga oleh kepandaian
Dapat disimpulkan bahwa apa yang didapat dalam ayat 6-11 akan didapat ketika melakukan apa yang disebutkan dalam ayat 1-5. Tetapi perlu juga diingat bahwa apa yang disebut dari ayat 6-11 ini menegaskan bahwa semua bahan pengetahuan yang menyangkut hikmat ini merupakan aturan moral dan religious yang menjadi ukuran tingkah laku seseorang yang sangat penting, sebab hal-hal tersebut memiliki wibawa ilahi dan berasal dari TUHAN.
Ayat 12-19 menunjukkan manfaat hikmat selanjutnya ialah:
- Melepaskan engkau dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu;
- Bersukacita melakukan kejahatan, bersorak-sorak karena tipu muslihat yang jahat;
- Yang berliku jalannya dan yang sesat perilakunya;
- Terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan asing
Hal ini menunjukkan suatu hal yang kontras dengan sifat-sifat seorang yang berhikmat, sebab orang yang berhikmat akan terhindar dari hal-hal tersebut. Di sini para pembaca diajak untuk melihat pemeliharaan hikmat terhadap orang yang bertekun di dalam hikmat serta memampukan seseorang untuk lepas dari pengaruh-pengaruh kejahatan termasuk dari pengaruh para pelacur.
Ayat 20-22
Bagian ini merupakan manfaat terakhir dari hikmat:
Hikmat mengajak setiap orang untuk menempuh jalan orang baik dan memelihara jalan orang benar sebab ada janji bagi orang yang berlaku demikian. “Jalan” dalam hal ini merupakan suatu peronifikasi dari sikap atau tingkah laku orang yang hidup dalam hikmat TUHAN. Janji bagi orang yang berlaku demikian ialah:
- Orang jujur akan mendiami tanah, orang tak bercela akan tetap tinggal;
- Orang fasik akan dipunahkan, pengkhianat akan dibuang.
Menurut konsep yang mendarah daging bagi orang Israel Kuno “menetap di negeri yang diberikan TUHAN” adalah bukti berkat TUHAN, dan tanda kenyamanan dalam hidup (bdk. Mzm 37:3). Kata “mendiami tanah” sama artinya dengan memiliki tempat yang tetap sehingga tidak perlu lagi hidup secara nomaden atau berpindah-pindah yang tentu sangat menyusahkan.
MAKNA TEKS
Dari Firman ini para pembaca diajak untuk melihat betapa pentingnya hikmat itu. Maka untuk dapat memperoleh manfaat hikmat harus memenuhi beberapa persyaratan. Adapun syarat untuk menerima manfaat hikmat tersebut ialah:
- Yang pertama tentu bersedia menerima dan memelihara pengajaran hikmat atau “firman TUHAN”.
- Yang kedua ialah mau memusatkan perhatian dalam bentuk mendengar dan dalam bentuk memusatkan pusat kehidupan yakni hati sebagai pusat intelektual, emosional serta kehidupan rohani kepada pengajaran hikmat atau firman TUHAN.
- Yang ketiga ialah siap berusaha untuk mencari dan mengejar hikmat seperti mencari dan mengejar suatu barang yang sangat berharga.
Ketika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka manfaat dari hikmat atau “Firman TUHAN” yang akan diterima ialah:
1. Memiliki pengertian tentang “takut akan TUHAN”, yaitu pengertian tentang kehidupan moral dalam bentuk kebaikan, kebenaran, keadilan dan kejujuran yang menjadi ukuran tingkah laku orang percaya.
2. Memiliki kekuatan untuk memelihara sikap hidup, kata-kata dan tingkah laku yang benar; pengertian “takut akan TUHAN” sebagai perisai bagi orang benar dan jujur.
3. Tidak akan terpengaruh oleh kebiasaan jahat yang bertentangan dengan “firman TUHAN”, dan hanya berfokus kepada pemuasan hawa nafsu daging; karena “pengertian tentang “takut akan TUHAN” itu menguasai pertimbangan intelektual, emosional bahkan moral orang percaya tersebut (2:12-15).
4. Memiliki kekuatan untuk melepaskan diri dari bahaya pelacur yang membawa kepada maut, yaitu aneka ragam kesulitan dan malapetaka (2:16-19);
5. Puncaknya menerima berkat TUHAN yang berlimpah-limpah dalam kehidupan rohani dan kehidupan sehari-hari. (2:20-22).
Dari hal-hal tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ternyata hikmat merupakan sifat dan karakter ilahi yang menguasai segala aspek tentang apa yang benar dan tepat dalam kehidupan setiap manusia yang tentu membawa pada keselamatan.
BENANG MERAH DENGAN PERJANJIAN BARU
Firman TUHAN dalam tentu mengingatkan betapa pentingnya hikmat dari Allah bagi setiap manusia, maka dalam Yakobus 1:5 berkata “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikannya dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya”. Meminta kepada Allah itu berarti seseorang harus punya hubungan yang akrab kepada TUHAN dengan menyadari siapa diri kita dan siapa Allah yang kita sembah.
Allah adalah Sumber Hikmat, dan dalam 1 Korintus 1:24 bagian akhir mengatakan “… Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah”.
PESAN BAGI PEMBACA MASA KINI
Di era yang dikuasai oleh kecanggihan teknologi masa kini, setiap orang terkadang bergantung pada apa yang disebut “internet”, tapi sadarkah kita bahwa apa yang kita temukan dari “internet” hanyalah semacam teori yang menambah pengetahuan bagi seseorang. Sementara kehidupan yang dijalani tentu tidak hanya sekedar teori saja, sebab seseorang harus mempraktikkan apa yang tepat.
Oleh karena itu, setiap orang membutuhkan hikmat yang mengantar pada keselamatan, jika Kristus adalah hikmat Allah itu berarti setiap orang tidak boleh menjauh dari kasih Kristus. Perstanyaan yang tepat adalah:
- Maukah kita bersedia menerima dan memelihara perkataan Kristus sebagai Sumber Hikmat atau Sumber Pedoman hidup orang percaya?
- Maukah kita memusatkan perhatian serta memusatkan hati kita pada pengenalan akan firman TUHAN?
- Siapkah kita mencari dan mengejar hikmat TUHAN dalam hidup ini seperti mencari dan mengejar harta yang sangat berharga?
Ingat, harta yang paling berharga bukanlah apa yang kita dapat dari dunia ini, tapi apa yang diberi TUHAN bagi kita yakni hikmat, sehingga memampukan kita memberi dan bertindak di dalam dunia ini.
Ketika Allah memberi kesempatan kepada Salomo untuk meminta, mengapa Salomo meminta hikmat? Sebab Salomo sendiri sadar ia tidak akan dapat memperoleh hikmat itu dari kedudukannya sebagai raja, atau dari kekayaan yang ia peroleh. Hikmat hanya dapat diperoleh saat seseorang hidup bergaul dengan Tuhan Allah dan itu berarti harus bersedia dituntun. Dengarkan dan lakukanlah Firman-Nya.
TUHAN YESUS memberkati.
Komentar
Posting Komentar