Kisah Para Rasul 22:23-29 "Di Dalam Markas" // Renungan GMIM 15-22 Agustus 2021 // Renungan Kristen // Kemerdekaan Republik Indonesia
Kisah Para Rasul 22:23-29”Di Dalam Markas”
22:23 Mereka terus berteriak sambil melemparkan jubah l mereka dan menghamburkan debu ke udara. m 22:24 Karena itu kepala pasukan memberi perintah untuk membawa Paulus ke markas n dan menyuruh o memeriksa dan menyesah dia, supaya dapat diketahui apa sebabnya orang banyak itu berteriak-teriak sedemikian terhadap dia. 22:25 Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili? p " 22:26 Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: "Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum." 22:27 Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: "Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?" Jawab Paulus: "Benar." 22:28 Lalu kata kepala pasukan itu: "Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal." Jawab Paulus: "Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku." 22:29 Maka mereka yang harus menyesah dia, q segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, r adalah orang Rum. s
Renungan GMIM 15 – 22 Agustus 2021
Tema: Perlindungan Hukum Bagi Warga Negara
Hukum merupakan
suatu rangkaian peraturan yang di dalamnya ada perlindungan dan sanksi. Setiap
hukum yang dibuat pasti bertujuan untuk kebaikan bagi mereka yang terikat di
dalamnya, dan setiap negara pasti memiliki aturan hukumnya masing-masing.
Tetapi satu hal yang pasti bahwa setiap hukum di negara manapun pasti memiliki
aturan perlindungan bagi warga negara mereka yang berhak mendapatkan
perlindungan hukum. Hukum di Indonesia juga mengatur tentang hak serta
kewajiban setiap warga negara dan di dalamnya pasti ada perlindungan hukum.
Demikian pula
dengan aturan hukum yang berlaku di Roma. Status kewarganegaaraan Romawi pada
utamanya dibagi dalam dua bagian yakni merdeka (liberi) dan budak (servi).
Tetapi kategori warganegara merdeka juga di abad pertama tidaklah semua sama,
ada Sebagian yang diberikan status warganegara merdeka dengan hak terbatas
tetapi tetap mendapat perlindungan hukum, tapi juga ada yang menyandang status
merdeka tetapi tidak dianggap sebagai warganegara namun tinggal di wilayah
kekaisaran Romawi.
Paulus rupanya
memiliki status kewarganegaraan Roma. Tetepi sebelum lanjut, mari kita lihat
persoalan apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh Paulus. Paulus seorang hamba
TUHAN yang dipakai untuk terus memberitakan Injil. Dalam Kitab Kisah Para
Rasul, Lukas sebagai penulis mencatat bahwa Paulus mengadakan tiga kali perjalanan
misioner. Dalam Kisah Para Rasul pasal 22 merupakan bagian dari perjalanan
misioner Paulus yang ketiga. Dalam perjalanannya ini ia sampai ke Yerusalem dan
memberitakan Firman di Bait Allah. Awalnya umat kalangan Yahudi mendengar
dengan seksama perkataan-perkataan Paulus, apalagi Ketika Paulus berkata-kata
dengan menggunakan Bahasa Ibrani. Paulus memperkenalkan dirinya sebagai bagian
dari keturunan Yahudi bahkan mendapat pengajaran langsung dari seorang ahli
Taurat yang sangat dihormati yakni Gamaliel. Paulus menceritakan bagaimana ia
dipakai TUHAN untuk menyampaikan Injil bukan hanya di kalangan Yahudi, tetapi juga
kepada “bangsa-bangsa lain” atau kalangan non Yahudi.
Ketika mendengar
bahwa Paulus juga memberitakan Injil kepada “bangsa-bangsa lain” maka umat
Yahudi mulai tidak menyukai perkataan Paulus. Dalam ayat 22 dikatakan umat mereka
mulai berteriak, melemparkan jubah serta menghamburkan deb uke udara. Ini merupakan
suatu tindakan yang menunjukkan mereka tidak mau lagi memberikan kesempatan
bagi Paulus untuk berbicara, mereka tidak ingin lagi mendengarkan perkataan
Paulus bahkan mereka ingin menyingkirkan Paulus.
Melihat hal
tersebut, kepala pasukan yang dari teks aslinya disebut chiliarchon dari kata
chiliarch yang berarti kepala pasukan atas 600 sampai 1000 prajurit, ia
mengambil tindakan memberi perintah untuk membawa Paulus ke markas. Sekilas tampaknya
ini merupakan suatu tindakan bijaksana untuk mengamankan Paulus dari situasi
yang mulai tak terkendali bahkan Lukas mencatat hal itu dilakukan untuk
mengetahui apa penyebab hingga Paulus diteriaki oleh banyak orang. Tetapi sayangnya
suatu kesalahan dari kepala pasukan itu ialah Ketika ia memerintahkan Paulus untuk
disesah. Hal ini rupanya menjadi suatu cara untuk menginterogasi seseorang.
Tetapi Ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, justru dalam situasi yang
sulit untuk Paulus berani untuk berbicara kebenaran kepada para prajurit itu
dengan menyebut “bolehkah seorang warga negara Rum disesah tanpa diadili?’.
Sudah menjadi
aturan kekaisaran Romawi bahwa seseorang yang berkewarganegaraan Rum atau Roma
tidak boleh dihukum tanpa pengadilan yang sah, dan jika hal ini dilanggar, maka
para pejabat yang melanggar haruslah dihukum. Ada tiga cara bagi seseorang
untuk mendapatkan status kewarganegaraan Rum, yakni:
1.
Karena kelahiran.
2.
Sebagai upah karena jasa yang sudah diberikan
kepada kekaisaran Romawi.
3.
Dibeli dengan harga yang mahal.
Kepala pasukan
mendapatkan status kewarganegaraan Rum dari poin ketiga yakni memberi dengan
harga yang mahal, sedangkan Paulus mendapatkan status tersebut karena kelahirannya.
Mengetahui hal tersebut, maka tidak ada seorang pun yang berani menyesah Paulus
termasuk kepala pasukan tersebut.
Apa yang bisa
didapat dari Kisah Paulus ini?
Saudara-saudara,
tindakan semena-mena dapat dapat terjadi di mana saja dan kapan saja serta
terhadap siapa saja. Di masa kini pun kita sering melihat orang main hakim sendiri
tanpa memperhitungkan kebenaran dari suatu perkara. Dari Kisah Paulus kita
melihat perlakuan hukum yang tidak adil diberikan kepada Paulus disebabkan
karena:
Yang
pertama, karena kekuasaan yang disalahgunakan. Kepala Prajurit bisa saja
mengamankan Paulus di markas untuk menginterogasinya dengan tepat sehingga
dapat ditemukan solusi yang benar terhadap perkara Paulus apakah ia pantas
dihukum atau tidak. Namun perlu juga diingat bahwa keberadaan kepala prajurit
bukanlah dalam posisi yang berhak untuk menghukum, karena ada proses atau
tahapan yang perlu diikuti untuk mengambil sikap.
Yang
kedua, karena ingin mendapat simpati banyak orang. Kepala Pasukan rupanya
lebih mementingkan suara banyak orang yang meneriaki Paulus dari pada menemukan
kebenaran dan bertindak adil terhadap satu orang. Di sini kita melihat suara
banyak orang kadang lebih diperhatikan meski apa yang dilakukan oleh banyak
orang adalah hal yang belum tentu benar.
Tetapi apa hal
yang pantas kita cermati dari sikap Paulus? Paulus seorang yang berani meski
dalam keadaan sulit. Paulus benar-benar menggunakan kesempatan untuk berbicara
suatu perkara yang benar. Ia tidak memohonkan kebebasan dan mengharapkan
pertolongan atau rasa iba terhadap orang lain. Tetapi Ketika ia berkata “bolehkah
menghukum warga Rum tanpa diadili?”, sesungguhnya disaat itu Paulus sementara
memperkenalkan haknya dan menegor para prajurit yang bertindak semena-mena.
Kisah Paulus ini
mengingatkan kepada para pemimpin bangsa supaya tidak bertindak semena-mena
terhadap jabatan yang dimiliki. Jabatan pemerintahan harusnya digunakan dengan
tepat untuk menjadi hamba Allah dibidang pemerintahan yang menghadirkan
keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Serta suara satu orang saja
pun seharusnya didengar dengan seksama, sebab jangan-jangan suara satu orang
ini pun adalah benar dibandingkan dengan suara banyak orang yang justru adalah
salah. Kita memang mengenal system demokrasi yakni dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Tapi ingat Yesus juga adalah satu contoh korban demokrasi yang
salah. Demokrasi yang didasari oleh alasan yang tidak tepat juga harus dibijaki
dengan seksama oleh pemerintah supaya tidak akan menghasilkan keputusan yang
salah.
Dari Kisah
Paulus juga kita bisa mendapati, jangan takut untuk berbicara benar sekalipun situasi
yang ada begitu sulit. Hukum dibuat untuk ditaati, hukum disusun untuk kebaikan
orang-orang yang terikat di dalamnya. Ketika kita menyadari hak dan tanggung jawab
kita sebagai warga negara, kita juga wajib mentaati setiap aturan yang ada di
dalamnya, karena kita juga berhak mendapatkan perlindungan hukum yang benar.
Kemerdekaan
Republik Indonesia tidak didapat dengan mudah, kemerdekaan itu dicapai dengan
pengorbanan yang besar, kemerdekaan itu bertujuan supaya kita semua memiliki
hak-hak dan tanggung jawab yang sama. Warga negara yang merdeka bukanlah warga
negara yang hidup sebebas-bebasnya, tapi warga negara yang akan saling menjaga
hak dan tanggung jawab bersama. Roma 13:1 “Tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari
Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah”. Mari kita
menyadari bahwa jabatan pemerintahan berasal dari Allah. TUHAN YESUS
memberkati. Amin.
Amin.................
BalasHapusApakah bpk nya bupend,bernama james korua? Dan pernah tinggal di cimahi?
BalasHapus