Markus 6:14-29 "YOHANES PEMBAPTIS DIBUNUH" // Renungan GMIM 27 Maret s/d 2 April 2022
RENUNGAN GMIM 27 Maret s/d 2 April 2022
Markus 6:14-29 “YOHANES PEMBAPTIS DIBUNUH”
6:14 Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis e sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia." 6:15 Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia! f " Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi g sama seperti nabi-nabi yang dahulu. h " 6:16 Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi." 6:17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara 5 i berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 6:18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri j saudaramu!" 6:19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 6:20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang k yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 6:21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan l untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. m 6:22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari 6 , dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", 6:23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku! n " 6:24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" 6:25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" 6:26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 6:27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 6:28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 6:29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.
Tema “Hindarilah Dendam”
Penulis Kitab Injil Sinoptik yakni Matius, Markus dan Lukas sama-sama menceritakan tentang Yohanes Pembaptis yang dibunuh oleh Herodes. Matius dan Markus sama-sama secara jelas mencatat mengapa dan bagaimana Herodes membunuh Yohanes, berbeda dengan Lukas yang hanaya secara singkat menceritakan kisah ini.
Kisah ini diceritakan oleh Markus dengan bentuk alur regresif atau sorot balik, yakni alur yang membawa para pembaca pada akhir cerita tapi kemudian kembali pada awal kisah.
Kisah ini diceritakan di antara urutan kisah ketika Yesus tampil mengajar dan membuat banyak mujizat di hadapan banyak orang hingga akhirnya terdengar oleh Herodes. Matius 14:2 dan Markus 6:16 sama-sama mencatat keyakinan Herodes bahwa Yesus adalah Yohanes yang kepalanya telah ia penggal, tetapi Lukas pasal 9:9 mencatat bahwa Yohanes bertanya-tanya tentang siapa sosok Yesus ini. Hal ini bukanlah suatu hal yang bisa dianggap kontradiksi, sebab baik Matius, Markus dan Lukas sama-sama mau menceritakan ada kegelisahan dalam diri Herodes tentang siapa sosok Yesus dan kaitannya dengan Yohanes yang kepalanya telah ia penggal.
Matius dan Markus menceritakan tentang mengapa dan bagaimana Yohanes dibunuh oleh Herodes. Yohanes merupakan sosok yang berani menegur seorang Herodes, sang penguasa karena berani mengambil Herodias isteri saudaranya sendiri yakni isteri Filipus.
Yang dimaksud dengan Herodes di sini ialah Herodes Antipas anak dari Herodes yang Agung (yang memerintah di masa Yesus lahir). Herodes yang Agung memiliki banyak anak, di antaranya adalah Herodes dan Filipus. Herodias adalah isteri Filipus, tapi kemudian ia meninggalkan Filipus untuk menikah dengan Herodes. Dalam Imamat 18:16 berkata “Janganlah kau singkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki”. Jadi dosa Herodes yang ditegur oleh Yohanes ialah karena ia menikahi isteri saudaranya sendiri.
Upaya Yohanes untuk menegur Herodes justru tidak diterima oleh Herodes dan Herodias yang menimbulkan rasa ingin membunuh Yohanes. Hal ini mengingatkan setiap hamba TUHAN, bahwa tidak selamanya kebenaran itu dapat diterima dengan baik oleh setiap orang, bahkan sikap Herodes justru memunculkan pandangan adakalanya kebenaran itu ditolak dan menimbulkan kebencian terhadap mereka yang mewartakan kebenaran.
Hal yang tak kalah penting yang menjadi pelajaran iman ialah Yohanes tidak mewartakan kebenaran supaya ia disukai, tapi Yohanes mewartakan kebenaran untuk mengungkap Firman TUHAN terhadap siapapun. Hal ini menjadi tantangan bagi para hamba TUHAN, beranikah menegur kesalahan seseorang sekalipun dari orang yang dianggap sebagai penguasa?
Ada banyak hamba TUHAN yang berani dengan tegas menegur kesalahan umat TUHAN, tetapi tidak berani menegur kesalahan seorang yang dianggap penguasa. Matius 10:28 dicatat “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Markus 6:17-20 mencatat bagaimana sikap dan perasaan Herodes terhadap Yohanes yang berani menegurnya. Akan tetapi Herodes tidak berani membunuh Yohanes karena ia sendiri tahu bahwa Yohanes adalah seorang yang benar dan suci. Herodes merasakan dua hal di saat yang bersamaan yang membuat ia bimbang, yakni ia ingin membunuh Yohanes karena sikap Yohanes yang menegurnya, tetapi ia juga tahu bahwa Yohanes seorang yang tidak bersalah bahkan ia juga suka mendengarkan Yohanes.
Sementara Markus 6:18-24 mencatat tentang Herodias yang juga tidak menyukai Yohanes dan berusaha mencuri kesempatan agar dapat membunuh Yohanes. Di sini jelas terlihat perasaan marah yang tidak mampu dikuasai menimbulkan perasaan dendam yang bisa membuat seseorang menimbulkan dosa lainnya. Pada bagian ini para pembaca dihentar untuk mengenal sosok Herodias yang begitu ambisius untuk mencapai keinginannya yakni membunuh Yohanes. Dengan kecerdikannya ia menggunakan kesempatan di hari ulang tahun Herodes dan menampilkan anaknya untuk menari.
Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa hanya dengan tarian anak Herodias yang menyukakan hati Herodes dan para tamu bisa membuat Herodes membuat sumpah atau janji yang sedemikian besar, yakni Herodes siap memberikan apa saja bahkan setengah kerajaan sekalipun. Dalam beberapa tafsiran menyebut bahwa tarian yang ditampilkan oleh anak Herodias ini adalah tarian erotis. Dan kemungkinan Herodes saat itu bisa saja sudah dalam keadaan mabuk karena perjamuan yang ia adakan itu sehingga membuat janji yang berlebihan terhadap anaknya.
Ketika sang anak atas perintah Herodias meminta kepala Yohanes Pembaptis, disebutkan dalam ayat 26 “sangat sedihlah hati raja”. Hal ini diterjemahkan dari “kai periluron” yang berarti sangat sedih atau pilu suatu keadaan hati yang tidak menyenangkan yang menunjukkan hati nurani sebenarnya dari raja Herodes yang tidak ingin membunuh Yohanes. Sayangnya hati nurani ini bertolak belakang dengan sikap arogannya yang merasa malu jika tidak bisa memenuhi sumpah atau janji yang sudah ia sampaikan terhadap anak itu.
Sebagai seorang pemimpin, Herodes jelas tidak mampu menjadi seorang pemimpin yang bijaksana. Di dalam ayat 20 Herodes jelas tahu bahwa Yohanes adalah seorang yang suci dan benar, sehingga Yohanes tidak layak untuk dihukum. Herodes sebenarnya bisa saja memilih untuk tidak memenggal kepala Yohanes, sebab semua keputusan ada di tangannya. Memilih untuk bertindak benar sekalipun harus menanggung malu, atau memilih bertindak salah tapi pada akhirnya seseorang harus menjadi korban.
Kisah tentang Yohanes Pembaptis menantang para hamba TUHAN untuk beranikah menyuarakan kebenaran sekalipun harus menanggung dampak yang menyakitkan? Keberanian Yohanes menyuarakan kebenaran menyebabkan Yohanes mengalami kesengsaraan bukan hanya sampai pada penghukuman penjara, tapi bahkan sampai pada kematian yang tragis yakni dipenggal kepalanya. Tapi kematian ini menjadikan Yohanes sebagai seorang martir yang memperjuangkan kebenaran di dalam TUHAN.
Kisah ini juga menghentar kita sebagai pembaca di masa kini untuk belajar dari sikap arogansi seorang pemimpin yang tidak mau mendengar teguran dari seorang hamba TUHAN yang benar. Herodes tidak menyadari bahwa keputusannya untuk memenggal kepala Yohanes adalah karena dendam Herodias terhadap Yohanes yang menentang pernikahan Herodes dan Herodias. Dendam yang dipelihara menghasilkan dosa yang lebih banyak lagi. Hati nurani pribadi Herodes sendiri menyiksa dirinya sendiri karena kesalahan dalam mengambil keputusan. Sejarah mencatat bahwa pada akhirnya Herodes sendiri dikejar oleh seorang raja yang bernama Arethas IV Philopatris, ayah dari seorang perempuan bernama Phasaelis yang merupakan isteri pertama Herodes Antipas tapi kemudian diceraikan oleh Herodes karena ingin menikahi Herodias.
Saudaraku, catatan Markus tentang Yohanes pembaptis di masa kita menghayati sengsara Yesus Kristus, mengajak kepada kita untuk siap sengsara demi menyuarakan Kebenaran di dalam TUHAN bahkan siap menjadi martir karena Injil. Sebab tidak selamanya kebenaran itu akan diterima dengan baik.
Tetapi juga cerita ini mengajak kepada kita sekalian untuk memeriksa diri, jika kita ditegur karena bersalah, maka berusahalah untuk memperbaiki diri. Terbukalah terhadap segala kritikan. Jangan memendam amarah apalagi memelihara dendam. Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus pasal 4:26 mencatat “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum pada amarahmu”.
TUHAN ALLAH kiranya menolong kita sekalian untuk melaksanakan perintah-Nya dengan sukacita.
Amin!
Komentar
Posting Komentar