Markus 15:1-15 "Yesus Di Hadapan Pilatus" // MTPJ GMIM 3 - 7 April 2022 "Kebenaran Meredup Demi Kepentingan

 

Markus 15:1-1  “Yesus Di Hadapan Pilatus”

Renungan GMIM 3 April s/d 9 April 2022

Tema: “Kebenaran Meredup Demi Kepentingan”

15:1 Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat d  dan seluruh Mahkamah Agama e  sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus 1 . f  15:2 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi? g " Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 15:3 Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. 15:4 Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" 15:5 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, h  sehingga Pilatus merasa heran. 15:6 Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. 15:7 Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan. 15:8 Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga. 15:9 Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini? i " 15:10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki. 15:11 Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah j  yang dibebaskannya bagi mereka. 15:12 Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?" 15:13 Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!" 15:14 Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!" 15:15 Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas k  bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya 2  lalu diserahkannya untuk disalibkan.

 

Sahabat yang diberkati TUHAN, ada ungkapan yang mengatakan bahwa fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Fitnah biasanya muncul karena ada perasaan iri hati atau dengki atas keunggulan seseorang dan berharap keunggulan itu hilang dari orang tersebut. Yesus juga menjadi korban dari fitnah yang dituduhkan kepada-Nya.

Injil Markus merupakan catatan tertua di antara Kitab-kitab Injil mengenai Yesus Kristus yang ditulis pada tahun 64 Masehi, bahkan Injil Matius dan Injil Lukas juga menjadikan catatan Markus sebagai Sumber dalam tulisan Injil Matius dan Injil Lukas. Markus secara khusus mencatat Kisah tentang Yesus Kristus adalah untuk membuktikan keMesiasan Yesus yang ditujukan secara khususnya bagi orang-orang Yunani dan bangsa-bangsa lainnya yang menggunakan Bahasa Yunani di kekaisaran Romawi, tetapi juga secara umum tulisan Markus ditujukan bagi semua bangsa bahkan bagi para pembaca masa kini yakni semua orang.

Markus pasal 15:1-15 tidak dapat dipisahkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Dalam pasal 14:1-72 Markus mencatat tentang rencana untuk membunuh Yesus, kemudian bagaimana Yesus ditangkap, bahkan Yesus ditinggalkan oleh murid-murid-Nya termasuk oleh Petrus yang menyangkal Yesus.

Dalam Markus 15:1 Markus mencatat “pagi-pagi benar” menunjukkan bahwa para penuduh Yesus tidak menunda-nunda waktu untuk melaksanakan rencana mereka terhadap Yesus, sebab mereka tahu bahwa di hari itu adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi di mana dalam moment perayaan Hari Raya tersebut seharusnya tidak boleh ada pengadilan, tetapi mereka sendiri melanggar aturan tersebut agar rencana mereka tercapai. Ada beberapa kelompok dan tokoh-tokoh yang disebutkan dalam ayat 1 ini, yakni:

-          Imam-imam kepala dari kata “archierein / arkhiereus” dari dua suku kata yaitu arkhe dari kata arkhomai yang bermakna orang pertama dalam melaksanakan sesuatu atau pemimpin yang melakukan sesuatu dan mampu diteladani. Dan suku kata kedua yaitu iereus dari kata ieros yang makna katanya suci.

Jadi makna katanya arkhiereus yang diterjemahkan sebagai imam kepala yakni orang yang menjadi imam tinggi serta mampu menjadi orang yang patut diteladani. Tugas para imam ialah berwenang atas penyelenggaraan upacara keagamaan.

-          Ahli-ahli Taurat dari kata “Grammateron” yakni pakar hukum Taurat dalam agama Yahudi yang bertugas Menyusun peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk setiap situasi kehidupan keagamaan Yahudi.

-          Tua-tua dari kata Presbyteron yakni pemimpin jemaat atau seorang yang dituakan.

-          Mahkamah Agama  dari kata Yunani Sunedrion atau Sanhedrin merupakan dewan keagamaan Yahudi yang terdiri dari 71 anggota.

-          Pilatus yakni Gubernur Romawi Provinsi Yudea yang menjabat kira-kira tahun 26-36 M.

-          Yesus dalam hal ini yang ditangkap, dibelenggu, dibawa dan diserahkan kepada Pilatus. Tindakan ini merupakan prosedur yang lazim terhadap penjahat, maka perlakuan yang diberikan terhadap Yesus adalah perlakuan di mana Yesus dianggap sebagai penjahat.

Keempat kelompok yakni imam-imam kepala, tua-tua, ahli-ahli Taurat serta Mahkamah Agama telah membuat suatu mupakat dari kata Yunani Sumboulion yang sama artinya dengan bersokongkol. Mupakat adalah suatu hal yang baik jika diterapkan pada hal yang baik, tapi sayangnya dalam Kisah ini mupakat yang dilakukan oleh keempat kelompok tersebut adalah untuk suatu kejahatan terhadap Yesus. Yesus diperhadapkan dengan dua proses pengadilan, jika dalam Markus pasal 14 Yesus diperhadapkan dengan sidang Yahudi berdasarkan agama, maka kini dalam pasal 15:1-15 Yesus diperhadapkan dengan pengadilan Romawi. Mengapa Yesus diperhadapkan dengan pengadilan Romawi? Hal ini disebabkan karena para menuduh Yesus yang bermupakat untuk membunuh Yesus yang merupakan orang Yahudi tidak diperkenankan untuk menjatuhkan hukuman mati, tapi sayangnya justru mereka yang merencanakan hukuman mati bagi Yesus.

Salah satu tuduhan yang disampaikan terhadap Yesus ialah mengklaim diri sebagai raja orang Yahudi. Dalam Yohanes 19:12 orang banyak berteriak bahwa orang yang mengaku sebagai raja adalah orang yang melawan kasisar. Ketika Pilatus menanyakan hal tersebut Yesus justru tidak menjawab ya atau tidak. Mari bandingkan dengan pertanyaan Imam Besar terhadap Yesus dalam Markus 14:61, ketika Imam Besar menanyakan “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”, Yesus memberi jawab “Akulah Dia” dari kata Yunani yakni “Ego Eimi”, suatu pernyataan Yesus yang sama dengan pernyataan “YHWH” Kedaulatan Allah yang berfirman. Tetapi terhadap pertanyaan Pilatus “apakah Yesus adalah raja orang Yahudi?” Yesus justru menjawab “engkau sendiri mengatakannya”. Jawaban Yesus tidak secara langsung menyatakan iya atau tidak, justru jawaban Yesus menyiratkan “engkau mengatakan tepat seperti yang disampaikan oleh orang-orang yang menuduh Yesus dan menjadikan hal itu sebagai suatu alasan untuk menangkap Yesus”.

Yesus sama sekali tidak membela diri terhadap segala tuduhan yang dilontarkan kepada-Nya sekalipun Pilatus memberi kesempatan bagi-Nya untuk menjawab semua hal yang dituduhkan kepada-Nya, sebab Pilatus memiliki kuasa terhadap jabatannya untuk menghukum atau membebaskan Yesus.  Sikap diam Yesus terhadap kesempatan yang diberikan Pilatus bukan berarti Yesus tidak mampu membela diri, tapi hal ini membuktikan bahwa Yesus tidak membutuhkan penguasa dunia untuk menolong-Nya, sebab Ia tetap taat terhadap rancangan Allah. Hal ini juga merupakan penggenapan nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yesaya pasal 53:7 “Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting dombanya, ia tidak membuka mulutnya”.

Dalam masa tersebut ada suatu kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman atas permintaan orang banyak, dan di saat itu orang banyak justru meminta supaya Barabas salah seorang yang mendapat hukuman karena pembunuhan dalam pemberontakan justru dipilih untuk dibebaskan dari pada Yesus yang sedang mereka adili.

Pilatus sendiri tahu bahwa sesungguhnya Yesus diserahkan karena dengki yang dirasakan oleh para imam-imam kepala. Dengki dari Bahasa Yunani “phetheonos” sama artinya dengan cemburu atau iri hati yang merupakan emosi yang timbul ketika seseorang lebih unggul dan berharap orang tersebut tidak lagi memiliki keunggulan tersebut. Inilah yang dirasakan oleh para imam terhadap Yesus, sehingga mereka menghasut banyak orang untuk membebaskan Barabas dan menyalibkan Yesus, sama artinya dengan mereka membebaskan kejahatan dan menyalibkan kebenaran. Para Imam harusnya menjadi kaum rohaniawan yang bertugas mendamaikan, tapi justru karena dengki maka mereka mengabaikan nilai-nilai kebenaran. Salib merupakan cara eksekusi Romawi yang kejam dan sangat menyakitkan serta menyebabkan kematian, dan salib dilakukan terhadap orang yang dianggap telah melakukan kejahatan yang sangat besar. Hukuman inilah yang dipilih untuk dilakukan terhadap Yesus.

Dalam hukum yang berlaku di masa itu, seharusnya jika ada orang yang dijatuhi hukuman mati, maka hukuman itu dilaksanakan keesokan harinya. Tetapi hukuman penyaliban terhadap Yesus justru dilaksanakan pada hari itu juga.

Dalam Bahasa Latin ada ungkapan yang mengatakan “Vox Populi, Vox Dei”, yang berarti suara rakyat adalah suara TUHAN, atau suara rakyat harus dihargai sebagai penyampai kehendak Ilahi. Tetapi apakah keputusan Pilatus untuk menyalibkan Yesus didasari oleh suara rakyat sebagai penyampai kehendak Ilahi? Tidak. Dalam ayat 15 disebutkan bahwa Pilatus mengambil keputusan untuk menyalibkan Yesus didasari karena Pilatus ingin “memuaskan hati orang banyak” bukan karena Pilatus melihat ada kehendak Ilahi dari suara orang banyak tersebut.

Pilatus ingin dicintai, disayangi oleh rakyatnya karena ingin tetap berada pada zona nyaman sebagai seorang Gubernur, namun justru kepemimpinan Pilatus bukanlah kepemimpinan yang bijaksana sebab ia tidak mampu menghargai nilai-nilai kebenaran yang ada dalam diri Yesus. Pilatus memiliki kesamaan dengan Herodes yakni sama-sama lebih mementingkan posisi aman di hadapan orang banyak. Di mana Herodes memenggal kepala Yohanes karena ingin memuaskan tamu undangan dalam perayaan hari ulang tahunnya, sementara Pilatus menyalibkan Yesus karena ingin memuaskan orang banyak.

Suara terbanyak memang memiliki dampak yang besar dalam pengambilan keputusan, banyak orang beranggapan bahwa suara terbanyak adalah suara yang paling berbobot. Tapi apakah itu benar? Ingatkah kita, selain Yesus ada juga salah satu tokoh Alkitab yang dilempari batu karena hasil dari suara banyak orang, yakni Stefanus padahal ia tidak melakukan kesalahan. Itu berarti suara terbanyak tidak selamanya adalah suara kebenaran, seorang pemimpin harus mampu secara jeli membedakan mana suara yang dari TUHAN dan mana suara yang tidak berdasarkan kebenaran sekalipun itu dari banyak orang.

Firman ini memberi penguatan bagi orang percaya, tahun 60 Masehi di mana pemerintahan kekaisaran Romawi banyak berlaku tidak adil terhadap orang percaya serta tahun 70 Masehi dimana Yerusalem dihancurkan menjadi tahun-tahun yang begitu kelam. Tetapi penderitaan Yesus memberi semangat baru, bahwa Kebenaran di dalam Yesus tidak dapat dikalahkan oleh konspirasi para penguasa yang ingin meredupkan kebenaran karena kepentingan pribadi.

Sikap Pilatus mengingatkan kita semua, bahwa:

ü  Tidak selamanya suara terbanyak adalah merupakan hal yang benar, seorang pemimpin harus lebih mengedepankan kebenaran dan keadilan agar tidak ada korban ketidakadilan.

ü  Janganlah kita mengambil keputusan karena ingin memuaskan banyak orang, tetapi marilah bertindak karena ingin memuaskan hati TUHAN.

Sikap imam-imam kepala, ahli Taurat, tua-tua dan mahkamah Agama mengingatkan kita agar:

ü  Jangan menyimpan dengki dalam diri kita, sebab sifat dengki akan memicu kita untuk menimbulkan dosa lainnya. Ingat Firman TUHAN dalam Yakobus 3:14 berkata “Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri 1 , v  janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!”

ü  Jabatan rohaniawan tidak akan mampu menjamin bahwa seseorang memiliki karakter rohani, sebab karakter rohani seseorang tidak dibentuk dari jabatannya, tetapi dibentuk terlihat dari sikap hidup yang benar.

ü  Mupakat adalah suatu hal yang baik, tapi akan menjadi tidak baik jika tujuannya adalah untuk suatu kejahatan.

Dari Yesus kita belajar:

ü  Sabarlah menanggung kesesakan, sebab mungkin dari penderitaan yang kita alami akan membawa keselamatan bukan hanya bagi kita sendiri tetapi juga bagi banyak orang, sebab itulah yang dialami Yesus, bahwa IA sabar menanggung penderitaan-Nya karena untuk mendatangkan keselamatan bagi kita semua. Seperti Firman TUHAN dalam Roma 12:12 yang berkata “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa”.

ü  Yesus bukan tidak mampu membela dirinya, tapi sikap Yesus mengajak kita untuk tidak berpengharapan di dalam TUHAN dalam menghadapi segala sesuatu.

Sahabatku, tahukah kita bahwa Peristiwa penyaliban Yesus terjadi pada tanggal 14 nisan dikenal juga sebagai aviv tepat di mana momen perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi atau disebut juga Paskah pertama diikuti dengan persembahan korban anak domba biasanya dilaksanakan. Hal ini semakin melengkapi dimana Yesus sebagai “Anak Domba Allah” yang berkorban bagi kita semua.

Jangan biarkan kebenaran meredup karena ada kepentingan dibalik kebenaran itu sendiri.

TUHAN YESUS memberkati kita semua. Amin.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen