Yohanes 19:28-30 "Yesus Mati" // MTPJ GMIM Jumat 15 April 2022 // JUMAT AGUNG

YOHANES 19:28-30 “YESUS MATI”

19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,  berkatalah Ia--supaya genaplah  yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!" 19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam .  Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai . " Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Air atau cairan merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi tubuh manusia, karena merupakan unsur terbanyak dalam tubuh, yang berperan penting bagi kesehatan. Orang yang kekurangan air atau cairan dalam tubuhnya pasti bisa mengalami sakit. Hal ini juga dialami Yesus ketika IA mengalami penderitaan fisik yang hebat.

Mari kita perhatikan bagaimana derita Yesus di atas kayu salib yang diceritakan dalam Yohanes 19:28-30 ayat demi ayat sehingga kita akan menemukan makna tepat dari bagian Firman ini.

19:28:

“Sesudah itu…”

Kalimat ini menunjukkan bahwa kisah dalam Yohanes 19:28 tidak dapat dipisahkan dengan kisah yang diceritakan sebelumnya, yakni segala rentetan peristiwa mengenai Yesus yang ditangkap, dihakimi dan disalibkan.

“Karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai”

Hal ini memperlihatkan bahwa di tengah kesengsaraan penderitaan yang dialami Yesus, tidak membuat IA kehilangan kesadaran-Nya, sebab orang yang sedang mengalami penderitaan hebat secara fisik dan batin kadangkala tidak lagi mengalami kesadaran diri. Berbeda dengan Yesus, IA sedara sadar tahu bahwa satu per satu misi keselamatan telah IA kerjakan.

“Berkatalah IA – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : Aku haus!”

Penulis Injil Yohanes mengingatkan kepada para pembaca, bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus termasuk segala kata demi kata yang disampaikan di atas kayu salib semuanya berdasarkan nubuatan yang disampaikan dalam Kitab Perjanjian Lama, sehingga hal ini semakin menekankan bahwa Yesus benar-benar hendak menyelesaikan misi keselamatan Allah secara sempurna.

Perkataan “Aku haus” hendaklah pertama-tama dilihat sebagai bagian dari penggenapan apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Seperti ungkapan Pemazmur dalam Mazmur 22:16 “kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku, dan dalam debu maut Kau letakkan aku”. Ini merupakan ungkapan pemazmur yang menunjukkan seorang hamba yang menderita, demikianlah penderitaan yang sedang dialami Yesus.

Kedua, para pembaca juga diajak untuk melihat bahwa “kehausan” merupakan salah satu akibat yang dirasakan Yesus sesudah mengalami penderitaan fisik yang hebat, hal ini memberi gambaran betapa habatnya siksa yang dirasakan. Seorang yang kehausan bisa mengalami dehidrasi yang hebat, bahkan bisa menimbulkan ketidaksadaran.

 

19:19

“Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam”.

Suatu bekas diterjemahkan dari kata “skeuon” yang berarti benda atau alat yang sudah pernah digunakan penuh dengan anggur asam. Anggur asam diterjemahkan dari kata “oxoun” dari kata “oxon”, minuman sejenis ini bisa juga diterjemahkan seperti “cuka” atau sejenis anggur yang murahan. Anggur sebenarnya baik diberikan kepada orang yang sedang mengalami penderitaan fisik untuk mengurangi rasa sakit, tetapi jenis anggur yang diberikan kepada Yesus merupakan jenis anggur yang sama sekali tidak membantu untuk meringankan rasa haus apalagi meringankan rasa sakit yang dialami Yesus.

“Mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya pada mulut Yesus”.

Penulis kitab Injil Matius pasal 27:34 mencatat bahwa Yesus diberi minum anggur bercampur empedu, sementara Markus 15:23 mencatat mereka memberi Yesus minum anggur bercampur mur. Hal ini bukanlah hal yang saling bertentangan tetapi justru saling melengkapi yang menunjukkan bahwa minuman anggur yang diberikan terhadap Yesus adalah jenis anggur yang tidak baik.

Hisop merupakan tumbuh-tumbuhan yang kecil yang batang dan daunnya dapat dipergunakan untuk memercikkan barang cair. Hisop biasanya dipakai untuk memercikkan darah dalam upacara-upacara ibadat Yahudi.

Dalam teks Yunani disebutkan “periyenten prospheran” bisa diterjemahkan memberikan persembahan atau memberikan penghormatan tetapi dalam teks terjemahan baru diterjemahkan mengunjukkannya pada mulut Yesus. Tindakan ini sebetulnya bukan untuk memberi penghormatan atau pun pertolongan kepada Yesus, tetapi tindakan ini semakin mengolok-olok Yesus yang sedang kesusahan.

19:20

“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah Selesai”.

Kata Sudah Selesai dari teks Yunaninya ialah “Tetelestai” yang juga berarti “Berakhir atau Digenapi atau juga Telah Sempurna”. Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus memberitahukan kepada semua orang bahwa misi keselamatan-Nya telah Ia kerjakan dengan paripurna, sempurna dan lengkap. Hal ini juga mengandung arti bahwa karya selamat Allah di dalam Yesus Kristus menanggung segala dosa umat telah selesai, kesalahan yang dilakukan oleh manusia telah IA tanggung di atas kayu salib dan tidak ada satu dosa pun yang tidak IA tanggung, sebab tidak ada satu nubuatan pun yang tidak digenapi di dalam DIA, semuanya “Sudah Selesai”. Hal ini juga menunjukkan semua korban penghapus dosa harus dihentikan sebab korban yang sempurna telah menyelesaikan semuanya.

“Lalu IA menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya”

Penting kita perhatikan di sini bahwa kepala Yesus tidak tertunduk dengan sendirinya, tetapi justru Yesus yang menundukkan kepala-Nya. Dari teks Yunani “Klinan / klinoo” sama artinya dengan meletakkan, artinya Yesus secara sadar meletakkan kepalanya untuk tertunduk. Sementara menyerahkan dari kata Yunani “paridooken” sama dengan mempercayakan, artinya Yesus mati secara sukarela, Yesus mati bukan karena ada sesuatu yang mengambilnya. Seperti perkataan yang Ayub katakan “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil”, tidak demikian dengan Yesus. Yesus yang secara sadar menyerahkan diri-Nya kepada kematian.

Ingatkah kita apa yang disampaikan Yesus dalam Yohanes 10:17-18 “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”

 

PESAN FIRMAN BAGI PENERIMA PERTAMA:

Secara garis besar, seluruh Kisah dalam kitab Injil Yohanes ini ditulis dengan tujuan seperti yang dituliskan dalam Yohanes  20:31 “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”.

Tetapi secara khusus, teks Yohanes 19:28-30 memberi pesan kepada pembaca mula-mula yang hidup dekat dengan pengaruh gnostik, bahwa ternyata segala peristiwa yang dialami Yesus di atas kayu salib terjadi secara sadar oleh Yesus dengan tujuan supaya apa yang tertulis dalam Kitab Suci semuanya digenapi. Teks ini juga memberi pesan bahwa dalam penderitaan yang dialami Yesus, tidak ada seorang pun yang memberi pertolongan bagi-Nya, malah justru ketika IA kehausan, IA mendapatkan perlakuan yang hina. Bahkan teks ini menyampaikan pesan bahwa kematian Yesus bukan karena kematian yang menguasai-Nya, tetapi karena IA dengan sukarela memberi nyawa-Nya untuk menebus dosa semua umat manusia.

PESAN BAGI PEMBACA MASA KINI:

Penggenapan Kitab Suci harus terjadi sesuai dengan waktu yang TUHAN tentukan. Menderita bagi Kristus adalah tanda bahwa orang percaya mau turut serta dalam keselamatan yang sudah IA anugerahkan dalam hidup kita.

Ibrani 10:10 tertulis “Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus”.

Dalam masa kita merenungkan peristiwa Jumat Agung, waktu di mana Yesus Kristus mati di atas kayu salib, sama artinya dengan kita merenungkan bahwa kita menanggungkan kepada Yesus segala dosa yang kita perbuat. Kita duduk manis di tempat ibadah, padahal sesungguhnya kitalah yang harusnya berada di atas kayu salib.

Apa makna Jumat Agung bagi kita?

Mungkin akan ada yang mengatakan, jika Kristus telah menghapus segala dosa, maka tidak apa-apa berbuat dosa lagi, toh semuanya sudah dihapuskan? Ingat. Firman TUHAN berkata dalam Galatia 6:7 “Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga akan dituainya”.

Kita semua disadarkan untuk bertahan sebagaimana Yesus menahan sakit, disadarkan untuk memberi air segar bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan sebab kini Yesus yang kehausan telah menjadi Sumber Air Hidup bagi dunia ini. Seperti jawaban Yesus kepada seorang perempuan Samaria dalam Yohanes 4:10 “ Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup”.

Peristiwa Jumat Agung mengajak kepada kita sekalian, marilah hidup dalam pembaruan hati, pembaruan sikap, pembaruan pemikiran untuk menuju ke arah yang benar di dalam Yesus Kristus. TUHAN YESUS memberkati kita semua. Amin.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen