Lukas 23:33-43 "Yesus Disalibkan". MTPJ GMIM 10-16 April 2022 Tema : Tersalib Sekalipun Tidak Bersalah
RENUNGAN LUKAS 23:33-43 “YESUS DISALIBKAN”
Versi : Bahasa Indonesia Sehari-hari
23:33 Ketika sampai di tempat yang disebut "Tengkorak", mereka menyalibkan Yesus dan kedua penjahat itu--seorang di sebelah kanan dan seorang lagi di sebelah kiri Yesus. 23:34 Lalu Yesus berdoa, "Bapa, ampunilah mereka! Mereka tidak tahu apa yang mereka buat." Pakaian Yesus dibagi-bagi di situ di antara mereka dengan undian. 23:35 Orang-orang berdiri di situ sambil menonton, sementara pemimpin-pemimpin Yahudi mengejek Yesus dengan berkata, "Ia sudah menyelamatkan orang lain; cobalah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, kalau Ia benar-benar Raja Penyelamat yang dipilih Allah!" 23:36 Prajurit-prajurit pun mengejek Dia. Mereka datang dan memberi anggur asam kepada-Nya 23:37 serta berkata, "Kalau Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" 23:38 Di sebelah atas kayu salib Yesus, tertulis kata-kata ini: "Inilah Raja Orang Yahudi." 23:39 Salah seorang penjahat yang disalibkan di situ menghina Yesus. Ia berkata, "Engkau Raja Penyelamat, bukan? Nah, selamatkanlah diri-Mu dan kami!" 23:40 Tetapi penjahat yang satu lagi menegur kawannya itu, katanya, "Apa kau tidak takut kepada Allah? Engkau sama-sama dihukum mati seperti Dia. 23:41 Hanya hukuman kita berdua memang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi Dia sama sekali tidak bersalah!" 23:42 Lalu ia berkata, "Yesus, ingatlah saya, kalau Engkau datang sebagai Raja!" 23:43 "Percayalah," kata Yesus kepadanya, "hari ini engkau akan bersama Aku di Firdaus."
Mengampuni kesalahan orang lain bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi mengampuni orang yang secara nyata menyakiti hati bahkan fisik kita. Tetapi inilah yang diajarkan Yesus bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
Lukas seorang tabib dari keturunan non Yahudi, lebih tepatnya seorang Yunani berusaha mencatat Injil tentang Yesus Kristus yang ia tuliskan secara khususnya kepada yang ia sebut “Teofilus”. Teofilus ini kemungkinan adalah seorang yang terpandang dan memiliki jabatan khusus di masa itu, tetapi juga jika dilihat dari arti namanya Teofilus dari kata “Teo” artinya TUHAN dan “Filus” dari kata Philia yang berarti kasih terhadap sesama, maka dalam hal ini Teofilus berarti ditujukan kepada sahabat Allah atau kepada setiap orang percaya. Adapun tujuan penulisan Injil ini ialah dalam pasal 1:4 mencatat “supaya engkau dapat mengethaui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar”.
Maka secara khususnya Lukas pasal 23:33-43 merupakan kisah di mana Yesus disalibkan, dan kisah ini tidak dapat dipisahkan dari perikop sebelum dan sesudahnya, sebab perikop sebelum dan sesudahnya merupakan bagian dari deretan peristiwa penderitaan yang dialami Yesus. Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam pasal 23:33-43 ini, yakni Yesus, kedua penjahat yang disalibkan bersama dengan-Nya, orang banyak dan para pemimpin, serta para prajurit. Kisah ini mencatat betapa penderitaan hebat dialami oleh Yesus baik secara fisik tapi juga luka batin yang ia rasakan sebab tidak ada seorang pun murid-Nya yang menolong-Nya.
Salib yang dibuat oleh prajurit Romawi terbuat dari balok kayu yang besar, dan orang yang disalibkan adalah orang yang dianggap sebagai penjahat hebat. Salib dilakukan dengan cara di paku atau juga digantung. Dalam ayat 23 disebutkan bahwa tempat penyaliban dilakukan di sebuah tempat yang bernama Tengkorak, dalam Bahasa Yunani disebut “Kranion / Kraniou” yang dari Bahasa Ibrani disebut Golgota dan dalam Bahasa Latin disebut Calvariae Locus di mana muncul istilah “Calvary” dalam Bahasa Inggris. Ada yang menyebut bahwa tempat itu disebut demikian karena tempat itu begitu menyeramkan dan berbentuk seperti Tengkorak, yang jelas nama ini begitu menyeramkan karena menunjukkan hal yang menyeramkan. Dalam ayat 35 disebutkan orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya, hal ini menunjukkan bahwa lokasi penyaliban berada di tempat umum yang bisa dilihat oleh siapa saja.
Mari kita lihat bagaimana peran setiap tokoh yang dituliskan dalam Kitab Lukas ini.
- Yang pertama, orang banyak. Di antara orang banyak tersebut, disebutkan mereka hanya melihat Yesus yang penderitaan-Nya dipertontonkan di hadapan banyak orang dan tidak ada seorang pun yang menolong-Nya, padahal bisa saja di antara orang banyak tersebut, ada orang-orang yang pernah mendengar, melihat atau bahkan merasakan secara langsung pengajaran dan mujizat yang dilakukan Yesus.
- Yang kedua, Para pemimpin. Disebutkan dalam ayat 35 para pemimpin tersebut mengejek Yesus untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri jika Ia adalah Mesias. Mesias dari Bahasa Ibrani berarti seorang Yang Diurapi Allah, yang dinantikan oleh orang Israel dan orang Yahudi meyakini bahwa Mesias inilah yang akan menolong mereka dari pemerintahan Romawi yang kejam. Tetapi dalam bayangan umat Yahudi, seorang Mesias adalah seorang yang hebat dalam hal kepemimpinan sebagai raja dan memiliki militer yang kuat untuk mengalahkan Romawi. Oleh karena itu mereka mengejek Yesus karena tidak percaya bahwa sesungguhnya Yesuslah Mesias itu sendiri.
- Yang ketiga, para prajurit. Dalam ayat 36 disebutkan bahwa para prajurit tersebut mengolok-olok Yesus. Sikap mengolok-olok sama artinya dengan mengejek Yesus. Para prajurit tersebut juga mengunjukkan anggur asam kepada Yesus. Dalam Matius 27:34 menyebut bahwa anggur yang diberi ialah anggur yang bercampur empedu. Berbeda dengan anggur baik yang disebutkan dalam Yohanes 2:10, kata anggur diterjemahkan dari “onion / oinos”. Sementara dalam Lukas 23:36 kata anggur dari Bahasa Yunaninya ialah “oxon / oxos” yang berarti anggur asam seperti larutan cuka. Anggur sebenarnya baik digunakan untuk mengobati orang yang terluka fisiknya, tetapi justru anggur yang diberikan terhadap Yesus adalah jenis anggur yang tidak layak diminum untuk mengurangi perih terhadap luka, tetapi juga tidak layak digunakan untuk mengobati luka itu. Yesus benar-benar tidak mendapatkan pertolongan dari siapa pun. Dalam ayat 38 disebutkan di atas kayu salib tertulis “Inilah raja orang Yahudi”. Tetapi dalam kitab Yohanes disebut bahwa Pontius Pilatus menuliskan “Iesus Nazarenus, Rex Iudaeroum” (INRI) yang berarti: Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi.
- Yang keempat, Kedua orang penjahat yang disalibkan bersama Yesus. Hal ini merupakan penggenapan nubuatan di mana Yesaya mencatat dalam Yesaya 53:12 “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.
Dalam ayat 39-42 secara khusus mencatat tentang sikap kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus.
Sikap penjahat pertama ialah, ia menghujat Yesus dengan mengatakan “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”. Kristus dari Bahasa Yunani koine “Kristos” artinya “Yang Diurapi” dalam Bahasa Ibrani disebut “Mesias”. Penyebutan Kristus dalam ayat ini merupakan suatu penghinaan di mana Yesus sebagai orang yang diurapi dianggap tidak mampu untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri apalagi menyelamatkan orang lain. Penjahat yang menghujat Yesus betul-betul keterlaluan, andaikata Yesus adalah seorang pendosa, apakah perlu untuk menghujat Yesus padahal mereka sama-sama disalibkan?
Sikap penjahat yang kedua ialah, ia justru membela Yesus dengan menegur sikap penjahat yang menghujat Yesus. Di atas kayu salib, penjahat yang kedua ini justru menyadari bahwa ia adalah seorang bersalah yang layak menerima hukuman yang diberikan kepadanya, dan ia percaya bahwa Yesus menerima hukuman salib justru bukan karena Yesus seorang yang bersalah sepertinya. Hal ini mungkin ia rasakan dengan melihat sikap Yesus terhadap orang-orang yang menyalibkan serta mengejek Dia.
Bahkan di dalam ayat 42 didetik-detik menjelang kematian, maka penjahat itu meminta supaya Yesus mengingat akan dia ketika Yesus datang sebagai raja. Hal ini menunjukkan bahwa penjahat yang bertobat ini menyadari bahwa kematian yang akan ia alami di kayu salib itu bukan akhir dari segalanya, sebab keselamatan itu ada di dalam Yesus yang berkuasa atasnya.
- Yang kelima atau yang terakhir ialah, Yesus. Dalam ayat 34, Lukas mencatat bahwa Yesus mendoakan orang-orang yang menyalibkan-Nya. Doa Yesus bukanlah doa supaya mereka yang menyalibkan-Nya dihukum oleh TUHAN ALLAH atau diberikan setimpal dengan perbuatan yang mereka lakukan. Doa Yesus justru ialah agar Bapa memberi pengampunan kepada mereka yang melakukan hal tersebut. Kata “ampunilah” dari kata “apheaimi” sama artinya dengan “biarkanlah” berarti kata bebas dari tuntutan atas kesalahan atau kekeliruan. Yesus sebagai korban ketidakadilah justru memohonkan pembebasan dari tuntutan bagi mereka yang telah berlaku tidak adil terhadap Dia. Di sini Yesus jelas menunjukkan kasih yang sempurna, sebagaimana doa yang telah IA ajarkan “ampunilah kami atas kesalahan kami seperti kami telah mengampuni orang yang telah bersalah kepada kami”, bahkan Yesus telah secara jelas meneladankan tentang berapa kali seseorang harus mengampuni, yakni: “sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat. 18:22), suatu pengampunan yang tak terbatas. Dalam hal ini Yesus juga tidak menaruh dendam terhadap mereka yang bersalah kepada-Nya.
Perkataan Yesus “sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Di sini Yesus melihat manusia yang berbuat jahat kepada-Nya adalah orang-orang yang perlu dikasihani, sebab sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sedang tersesat atas sikap mereka. Pencapaian yang begitu luar biasa dari makna Yesus disalib bukan hanya ketika Yesus mampu menahan sakit yang ia alami, tetapi justru ketika Yesus menjadi jalan pendamaian antara manusia terhadap TUHAN ALLAH. Inilah yang membedakan antara Yesus dalam pengorbanan untuk menebus kesalahan umat manusia dengan semua jenis korban yang diberikan untuk penebusan dosa, sebab Yesus menjadi korban penebusan dosa karena pengorbanan-Nya.
Dalam ayat terakhir yakni ayat 43, Yesus menjawab permintaan penjahat yang bertobat agar Yesus mengingat akan dia ketika Yesus kembali sebagai Raja. Yesus menjawab permintaan penjahat yang bertobat tersebut lebih dari apa yang diminta oleh penjahat tersebut. Sebab jika penjahat itu hanya meminta agar Yesus mengingatnya, maka Yesus justru menghibur orang tersebut dengan mengatakan bahwa “Pada hari ini juga engkau akan bersama dengan Aku di dalam Firdaus”. Lihatlah bagaimana cara Yesus menjawab doa dari orang yang bertobat, IA menjawab lebih dari apa yang diminta. Kata-kata Yesus mengingatkan para pembaca akan Adam dan Hawa. Ketika Allah mengatakan bahwa semua buah di taman Eden boleh dimakan kecuali buah terlarang yang tidak boleh dimakan sebab di hari mereka memakan buah tersebut maka mereka akan mati. Kematian yang dimaksudkan ialah putusnya hubungan Allah dengan manusia. Maka ketika Yesus mengatakan kepada penjahat yang bertobat itu bahwa “pada hari itu juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”, maka hal ini bermakna terbangunnya kembali hubungan Allah dan manusia karena Yesus. Firdaus artinya Sorga yang dipercaya sebagai tempat bagi orang-orang yang kudus dan tak bercela. Tetapi tempat itu kini terbuka bagi semua orang yang percaya kepada Yesus dan mau datang kepada Allah.
Kisah ini dicatat oleh Lukas untuk mengingatkan setiap orang percaya di abad pertama akan pengorbanan Yesus, bahwa salib yang menjadi hukuman terhadap Yesus sesungguhnya bukan karena dosa-dosanya melainkan karena untuk menanggung dosa setiap manusia. Hal ini tentu membawa pengharapan orang bagi orang-orang Yunani dan Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus untuk tetap percaya bahwa penderitaan bahkan kematian bukan akhir dari segalanya, sebab Yesus satu-satunya jalan pendamaian dengan Allah, Dialah Mesias, Raja yang Diurapi Allah.
Bagaimana dengan kehidupan kita di masa kini?
Penderitaan merupakan hal yang melekat dalam kehidupan Kristenan. Diejek, diolok bahkan ditinggalkan oleh orang lain termasuk orang yang kita percayai sungguh merupakan hal yang tidak mudah dihadapi, apalagi jika diikuti dengan terluka secara fisik yang bisa menyebabkan kematian. Tetapi apa yang Yesus mau ajarkan kepada orang percaya melalui teks Lukas 23:33-43?
- Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Yesus tidak mengajarkan kita untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi justru memohonkan pengampunan bagi mereka yang menyakiti kita.
- Yesus mengingatkan kita bahwa bahkan di saat-saat terakhir kita, sekalipun kita adalah orang yang sangat berdosa, namun jika menyadari dosa kita, memohon ampun serta percaya di dalam Yesus, maka siapapun itu akan diselamatkan.
- Yesus adalah jalan pendamaian sempurna yang kembali membawa kita dilayakkan untuk datang kepada Allah Sang Pemberi Hidup.
- Pertobatan salah seorang penjahat di atas kayu salib menunjukkan bahwa tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau bertobat, selalu ada kesempatan untuk mereka yang benar-benar mau datang kepada TUHAN sekalipun ajal telah mendekat.
Saudara-saudara, adakah kasih sebesar kasih Yesus? Adakah dosa yang tidak dapat diampuni? Selagi masih ada kesempatan, mari kita berusaha hidup berdamai dengan orang lain. Berusahalah untuk menjadi pendoa pengampunan bagi orang yang bersalah kepada kita, sebab kita pun telah lebih dahulu didoakan dan diampuni oleh Yesus. Di minggu terakhir di mana warga GMIM diajak merenungkan kesengsaraan Yesus mengingatkan kita, kadang ada saja penderitaan yang dialami bukan karena perbuatan jahat kita, tapi karena ada rancangan Allah yang sempurna mendatangkan keselamatan bukan hanya bagi satu orang, tapi juga bagi banyak orang itulah makna “Tersalib Sekalipun Tidak Bersalah”.
TUHAN YESUS menolong kita semua, Amin.
Komentar
Posting Komentar