Yakobus 1:1-8 "Iman dan Hikmat" // MTPJ GMIM 14 -20 November 2021

 Yakobus 1:1-8 “Iman Dan Hikmat”

Salam

1:1 Salam dari Yakobus, a  hamba Allah b  dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku c  di perantauan. d  e 

Iman dan hikmat

1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan 1 , f  1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu g  itu menghasilkan ketekunan. h  1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, i  supaya kamu menjadi sempurna 2  dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat 3 , hendaklah ia memintakannya kepada Allah, j  --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya. k  1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, l  sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. 1:7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. 1:8 Sebab orang yang mendua hati m  tidak akan tenang n  dalam hidupnya.


RENUNGAN...

Sahabat yang diberkati oleh TUHAN, kitab Yakobus merupakan disebut sebagai salah satu “surat am”. Maksud dari surat am ialah surat yang tertuju kepada kalangan umum.

Pasal 1:1 Yakobus menyebut bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus. Memperkenalkan diri sebagai “hamba” menunjukkan kewibawaan surat yang ditulis bahwa Yakobus adalah seorang yang menyerahkan dirinya sepenuhnya bagi Tuhan Yesus Kristus sehingga tidak dapat disangsikan bahwa apa yang disampaikan oleh Yakobus dalam suratnya ini pasti berkenaan dengan kewajibannya sebagai seorang hamba.

Willy Marxsen dalam bukunya “Pengantar Perjanjian Baru” menyebut tujuan dari surat ini ditulis ketika disebut kepada kedua belas suku dalam perantauan ada yang menyebutnya tertuju kepada orang Israel yakni kaum Yahudi yang hidup di luar Palestina dengan segala penderitaan hebat yang mereka alami, tapi mungkin juga lebih kepada kehidupan orang percaya di awal abad pertama yang hidup dalam penderitaan karena iman di dalam Yesus Kristus.

Kebanyakan orang percaya bahwa penderitaan terjadi akibat dosa, sehingga orang sering mempersalahkan orang yang hidup menderita untuk bertobat, tapi kadang juga mempersalahkan diri sendiri atas penderitaan yang dialami.

Surat Yakobus dalam pasal 1:2 menyebutkan “anggaplah suatu kebahagiaan”. Kata anggaplah berarti memberi suatu penilaian terhadap sesuatu hal. Sementara bahagia dari teks Yunani yakni “kharan / khara” juga bisa diartikan kegirangan, kesukaan atau bahkan sumber kebahagiaan. Bahagia berarti suatu keadaan pikirian / perasaan yang ditandai kondisi emosi yang senang, penuh syukur dan puas, hal ini terjadi pada momen yang menyenangkan. Tapi Yakobus memberi penilaian bahagia pada suatu keadaan yang mengherankan yakni pada kondisi “pencobaan”. Dalam Alkitab ada beberapa macam tujuan dari pencobaan, misalnya ketika Yesus dicobai, tujuan dari pencobaan itu ialah iblis ingin menjatuhkan Yesus. Tapi ada juga tujuan dari pencobaan yakni untuk memurnikan iman percaya seseorang. Nah, dalam Surat Yakobus ini, pencobaan yang dimaksudkan adalah pencobaan yang menunjuk pada tujuan untuk memurnikan iman seseorang. Hal ini akan lebih dipahami dalam ayat-ayat selanjutnya.

Yakobus menyebutkan dalam ayat 3 tentang “ujian terhadap imanmu”. Hal tersebut menekankan bahwa ujian atau bentuk cobaan yang dialami oleh orang percaya tertuju pada untuk melihat sejauh mana iman atau keyakinan seseorang yang sungguh-sungguh percaya kepada TUHAN.

Di era masa kini banyak orang beranggapan, bahwa seseorang yang beriman pada Yesus maka akan diberkati dalam segala hal dengan mengalami jalan mulus dan enak atau bahkan tidak akan mengalami pergumulan. Hal ini tentu bertentangan dengan ajaran Alkitab, karena dari surat Yakobus ini umat percaya justru dituntun untuk memahami dengan benar bahwa jika beriman pada Yesus maka iman itu harus teruji dahulu untuk melihat sejauh mana murni iman seseorang.

Dari hal ini kita menemukan bahwa konsep kebahagiaan menurut Yakobus bukan nanti pada saat cobaan berganti menjadi sukacita, tapi konsep kebahagiaan menurut Yakobus ialah ketika seseorang mengalami pencobaan atau ujian maka anggaplah itu sebagai sebuah kebahagiaan.

Sahabatku renungkanlah, bagaimana cara penilaian iman kita terhadap iman kita saat diuji?

Filip1:29 berkata “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Yakobus juga menyebutkan bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan. Dalam Bahasa Yunani ketekunan disebutkan “hupomone” yang juga berarti sabar, dan hal ini didefinisikan kemampuan bertahan dalam kesukaran, namun bukan bertahan secara pasif melainkan bertahan secara aktif yakni dengan menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan menjadi utuh dan sempurna bahkan Yakobus menyebut hasil dari ketekunan menjadikan orang percaya tak kekurangan satu apa pun.

Tak kekurangan satu apa pun janganlah dinilai secara jasmani bahwa segala kebutuhan senantiasa akan tercukupkan, tapi harus dinilai dari hikmat yang TUHAN anugerahkan untuk melihat hasil dari iman yang teruji.

Di sini kita melihat bahwa hikmat dalam hal ini berfungsi memampukan seseorang untuk merasakan makna dari hidup bertekun dalam iman. Lalu bagaimana cara memperoleh hikmat?

Dalam ayat 6-8 kita dapat merangkum bahwa untuk memperoleh hikmat dalam menghadapi pencobaan ialah dengan “Mintalah kepada TUHAN”. Meminta kebutuhan jasmani belum tentu dianugerahkan TUHAN dalam hidup kita, tapi meminta hikmat kita yakin TUHAN pasti menganugerahkannya. Tapi bagaimana cara meminta hikmat dari pada TUHAN? Mintalah dengan iman yang teguh, keyakinan dan kepercayaan yang sungguh dengan tidak mendua hati. Orang yang mendua hati sama artinya dengan orang yang tidak punya prinsip, tidak punya ketetapan. Yakobus menyebutkan orang yang bimbang, tidak punya keyakinan yang sungguh dalam ayat 7 disebutkan janganlah ia mengira akan mendapatkan hikmat itu.

Surat Yakobus kepada umat percaya menjelang akhir abad pertama memberi suatu penguatan bagi orang percaya supaya tidak melihat pencobaan iman sebagai hukuman tetapi menilainya sebagai sumber kebahagiaan.

Saudaraku, apa pesan Firman yang boleh kita temukan bagi kita di masa kini?

Renungkanlah bagaimana cara kita mengatasi pergumulan yang kita hadapi saat kita menghadapi pencobaan atau ujian? Kadang ada orang yang menyebut justru ketika beriman kepada TUHAN maka cobaan tak berhenti datang silih berganti. Tapi orang yang tahan uji pasti akan mengatakan “Puji TUHAN, walau banyak tekanan ujian dalam hidup tapi di dalam TUHAN selalu ada cara TUHAN memberi pertolongan menghadapi setiap ujian”.

Sahabatku, hadapilah ujian dengan “iman dan hikmat yang dari TUHAN”, mintalah hikmat dengan keyakinan yang teguh dan jangan mendua hati. TUHAN YESUS memberkati kita semua. Amin.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen