1 Raja-Raja 3:16-28
“HIKMAT SALOMO PADA WAKTU MEMBERI KEPUTUSAN”
Tema: Hikmat Allah Menuntun Untuk Bertindak Benar
Kita mungkin sering mendengar ada opini bahwa: “Terkadang hukum diberlakukan tajam ke bawah dan tumpul ke atas”. Apakah hal itu berlaku bagi raja Salomo? Raja Salomo adalah raja ketiga bangsa Israel yang menggantikan ayahnya yakni raja Daud. Salomo memerintah selama 40 ntahun lamanya yang berkisaran tahun 970 – 930 SM. Kisah ini ditulis pada tahun 560 – 550 SM, masa di mana Israel yakni Yehuda berada dalam penawanan bangsa Babylonia. Saat di mana bangsa Yehuda mengharapkan sosok pemimipin yang adil untuk menolong mereka dalam pembuangan.
Secara khusus 1 Raja-raja 3:16-28 merupakan kesinambungan kisah dengan perikop sebelumnya yakni Ketika Salomo dalam mimpinya diberi kesempatan oleh TUHAN untuk meminta apa saja yang dikehendakinya. Maka dalam 1 Raja-raja 3:9 Salomo meminta hati yang faham untuk menimbang perkara (ada yang menyebutnya dengan Salomo meminta hikmat bukan meminta nikmat). Hal ini dipandang baik oleh TUHAN, bahkan TUHAN juga memberikan apa yang tidak diminta oleh Salomo yakni kekayaan dan kemuliaan jika Salomo mau hidup menurut jalan yang ditunjukan TUHAN serta mengikuti segala ketetapan dan perintah TUHAN.
Apa yang diminta oleh Salomo rupanya teruji dalam pasal 3:16-28.
Dikisahkan bahwa 2 sosok perempuan sundal dating menghadap raja Salomo. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Sundal berarti perempuan yang tidak bermoral atau berkelakuan buruk dengan kata kasarnya seperti PSK.
Susunan system pengadilan di Israel berjenjang, yakni mulai dari pengadilan di pintu gerbang dan jika tidak selesai maka jenjang tertinggi adalah pengadilan raja. Ketika perkara 2 perempuan ini sampai kepada pengadilan raja itu berarti di pengadilan sebelumnya tidak dapat diselesaikan.
Ada beberapa hal mendasar yang harus diperhatikan saat seorang hakim / pemimpin mengambil suatu keputusan dalam suatu perkara, di antaranya:
1. Adanya data-data, bukti ataupun saksi yang berkaitan dengan perkara tersebut
2. Sang pemimpin harus berlaku adil
3. Akibat dari keputusan yang diambil
Sayangnya dalam perkara ini Salomo tidak bisa mengumpulkan data / bukti / saksi yang menolongnya untuk mengadili perkara tersebut. Sebagai seorang pemimpin Slomo juga mau tidak mau harus mengambil suatu keputusan yang tepat, dan di lain pihak Salomo harus memikirkan dampak dari keputusan yang ia ambil. Salomo harus mempertimbangkan tentang siapa yang benar di antara kedua perempuan itu dan juga nasib sang bayi.
Dalam situasi yang sulit hikmat TUHAN menuntun Salomo untuk bertindak benar.
Salomo dimampukan menilai seberapa besar hati nurani seorang ibu yang mencintai anaknya. Bahkan Salomo dimampukan membongkar motivasi dari kedua perempuan tersebut. Hasilnya adalah
Ynag seorang ibu merelakan anak itu untuk diasuh oleh ibu lainnya, ia rela berpisah agar anaknya selamat dan tetap hidup, tetapi itu juga berarti ibu ini siap menerima resiko mendapatkan hukuman dari sang raja. Dengan kata lain pengorbanan ibu ini begitu besar bagi anak tersebut.
Sementara itu ibu lainnya menginginkan hal yang berbeda. Walaupun nampaknya ia ingin bersikap adil tetapi sikapnya yang rela memenggal si bayi menunjukkan tidak memilki hati nurani seorang ibu yang benar-benar mengasihi bayi tersebut.
Dari peristiwa tersebut, Salomo kemudian mampu mengenal siapa sebenarnya ibu dari bayi tersebut.
Saudaraku, semua orang menginginkan keadilan. Bahkan perempuan yang memiliki moral yang tidak baik pun mengharapkan keadilan dengan mencari keadilan pada jalur yang benar. Keadilan hanya dapat diterapkan jika kebenaran telah ditemukan, dengan kata lain kebenaran adalah dasar untuk menerapkan keadilan.
Keadilan yang sesungguhnya telah diberlakukan oleh TUHAN ALLAH di dalam Kristus Yesus. Ketika seorang perempuan berdosa dihadapkan kepada Yesus yang diceritakan dalam Kitab Yohanes 8:2-11. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi berusaha menjatuhkan Yesus dengan melihat seperti apa yang akan dilakukan Yesus terhadap perempuan berdosa tersebut. Tetapi Yesus justru menjawab dengan penuh belas kasih “Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”. Pada akhirnya tidak ada seorangpun yang melempari perempuan itu dengan batu.
Saudaraku, kisah perempuan sundal atau perempuan berdosa telah mewakili semua orang berdosa, yang dianggap rendah, kalangan bawah dan sering diremehkan. Tetapi oleh hikmat TUHAN, sekalipun mereka tidak dianggap penting oleh banyak orang namun mereka berhak mendapatkan keadilan. Keadilan hanya dapat diberikan oleh Hikmat TUHAN. Hikmat TUHAN memampukan seorang pemimpin untuk mengambil keputusan dengan tepat sekalipun dalam situasi yang sulit.
Menggali kebenaran tidak semdah menggali lobang sampah, terkadang kebenaran itu seolah tertutupi oleh tak adanya saksi. Kata orang Manado “Yang penting kwa nyanda ada yang lia, jadi biar beking dosa nda apa-apa”.
Ingat satu pujian sekolah minggu yang mengatakan “mata TUHAN melihat apa yang kita perbuat, buat yang baik, buat yang jahat, oleh sebab itulah jangan berbuat jahat, ingat TUHAN melihat”.
TUHAN pasti menunjukkan belas kasihan-Nya kepada siapa IA berkenan karena tidak ada satupun yang dapat tersembunyi di hadapan-Nya, dan HIKMAT yang daripada TUHAN akan menuntun kita untuk bertindak benar, Amin.
Doa:
“TUHAN YESUS, jadikanlah kami umat-Mu yang mau hidup dalam pertobatan. Berilah rasa takut akan TUHAN bagi para pemimpin kami agar mereka beroleh hikmat untuk mampu menimbang perkara dengan benar, Amin.
Komentar
Posting Komentar