Mazmur 145:1-21 "Puji-Pujian Karena Kemurahan Tuhan" // MTPJ GMIM 21-27 September 2025

 


Renungan MAZMUR 145:1-21

Saudaraku, apakah jawaban saudara jika ditanyakan ”apa yang menjadi alasan bagi kita untuk memuji Tuhan, dan kapankah saat yang tepat bagi kita untuk memuji Tuhan?”. Kita mungkin akan menjawab kita memuji Tuhan karena hidup dan segala berkat adalah milik Tuhan, dan waktu yang tepat untuk memuji Tuhan ialah setiap waktu. Namun pada kenyataannya tidak dapat kita pungkiri bahwa terkadang sulit bagi kita untuk memuji Tuhan di saat kita sedang berada dalam kesulitan.

Mari kita belajar dari bagaimana Daud yang disebut sebagai penulis Mazmur 145 ini memiliki semangat untuk memuji Tuhan. Daud menulis kitab Mazmur ini manakalah ia sedang berada pada masa tua dan mendekati akhir hidup. Rupanya dalam masa tersebut Daud menggunakan kesempatan yang ada untuk tetap memuliakan Tuhan. Jika kita perhatikan Mazmur 145 ini tidak berisi permohonan, biasanya seseorang ketika membangun hubungan dengan Tuhan selalu saja ada permohonan, sama seperti kebanyakan orang yang membangun hubungan dengan Tuhan hanya karena ada maunya, namun ketika permohonan itu tidak dikabulkan maka mulailah ia untuk meragukan akan kasih setia Tuhan.

Bisakah kita ketika kita berdoa maka isi doa kita bukanlah tentang permohonan melainkan tentang ucapan syukur, tekad dan keyakinan?

Mazmur 145 ini juga disebut Mazmur Akronim yakni Mazmur yang disusun berdasarkan Abjad dalam bahasa Ibrani. Jumlah alfabet Ibrani ialah 22 huruf, namun oleh Lembaga Alkitab Indonesia kemudian menterjemahkannya menjadi 21 ayat sebab alfabet yang kurang dari ayat ini ialah huruf ”nun” atau N.

Dalam Mazmur 145 beberapa kali Daud bermazmur dengan mengulang kata yang sama, misalnya ayat 1 dan 2 ”Aku hendak mengagungkan Engkau, hendak memuji untuk seterusnya dan selamanya”. Ini menegaskan bahwa kalimat yang diucapkan berulang-ulang merupakan ungkapan yang penting. Kata ”hendak” berarti sesuatu yang akan dilakukan. Hal ini berbicara tentang tekad Daud tentang apa yang akan dilakukannya ke depan.

Saudaraku masa depan merupakan hal yang tidak diketahui dengan pasti apa yang akan terjadi, namun Daud mengambil suatu tekad bahwa apa yang akan ia lakukan ialah “memuji dan memuliakan Tuhan untuk seterusnya dan selamanya”. Bukankah ini yang disebut dengan iman? Ibrani 11:1 mencatat bahwa “Iman Adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.

Ayat 3 Daud menyebut bahwa Kebesaran Tuhan tidak terduga, ungkapan ini mengingatkan semua orang bahwa segala Tindakan Allah tidak dapat dibatasi oleh pemikiran manusia yang ada batasnya, kata-kata ini sama dengan ungkapan Pengkhotbah dalam pasal 8:17 bahwa manusia tidak dapat menyelami pekerjaan Allah. Seperti ungkapan Paulus dalam Efesus 3:20 "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin".

Ayat 4-6 Daud meyakini bukan saja Daud yang akan menceritakan perbuatan Allah tetapi angkatan demi angkatan yang menunjuk pada generasi-generasi selanjutnya juga akan melakukan hal yang sama. Ini merupakan kerinduan seorang raja di masa tuanya, harapan seorang ayah / opa di masa lanjut usianya.

Ayat 8-9 menjelaskan tentang karakter Allah di mata Daud, tentang kasih sayang Tuhan, kesabaran Tuhan bahkan kesetiaan Tuhan serta kebaikan Tuhan terhadap semua orang. Daud pernah mengalami dosa yang fatal, karena dosanya tersebut ia harus dihukum, namun Allah tidak meninggalkan Daud karena dosa yang diperbuat, sebab ketika ada kesempatan untuk hidup dalam pertobatan maka Daud menggunakan kesempatan ini untuk memperbaharui diri dan keluarganya.

Ayat 10-13 Daud menyebut tentang Kerajaan Allah yang Adalah Kerajaan segala abad. Ini berarti kepemimpinan Allah adalah kepemimpinan yang kekal, dan kerajaan Allah bukan nanti sesuatu yang akan datang, sebab seharusnya semua orang menyadari bahwa kehidupan di dunia ini juga sepenuhnya adalah merupakan milik Allah. Kerajaan Allah itu dimulai dari keluarga kita, sebab kerajaan Allah adalah kerajaan damai sejahtera, itu berarti semua orang yang mampu hidup dalam damai sejahtera adalah orang-orang yang terpanggil untuk menghadirkan damai sejahtera itu sama seperti ungkapan dalam doa Bapa Kami ”Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga”. Ayat 13 ditutup dengan pernyataan Daud bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Ini mengingatkan tentang sikap ”konsisten antara perkataan dan perbuatan”. Sayang sekali banyak orang percaya yang tidak konsisten baik dalam perkataan maupun perbuatannya. Hari ini berkata percaya kepada Allah namun dalam sikap yang ditunjukkan tidak menunjukkan adanya sikap yang menaruh percaya kepada Allah.

Ayat 14-21 Daud meyakini bahwa Allah itu dekat kepada orang-orang yang lemah, yang menantikan kehadiran-Nya, Allah membuka tangan-Nya bagi orang yang membutuhkan, Allah menjadi jawaban atas segala persoalan yang dihadapi oleh semua umat manusia.

Dari perenungan ungkapan pujian Daud kepada Allah kita menarik kesimpulan bahwa:

-          Kita memuji Allah bukan karena sekedar kita mengharapkan sesuatu dari Allah, tapi yang sepantasnya ialah ”Kita memuji Allah karena kita meyakini akan segala perbuatan baik Allah dalam hidup kita”.

-          Firman ini juga mengajarkan kepada kita agar kita dapat memiliki mentalitas tekad yang optimis untuk masa depan di dalam Tuhan, bukan mentalitas yang meragukan kasih Tuhan.

-          Biarkan semua orang mendengar pujianmu tentang Tuhan bukan agar supaya kamu dipuji orang, tetapi supaya semua orang yang mendengar pujian itu juga turut memuji Tuhan.

Akhir-akhir ini kita menyadari bahwa keberimanan di dalam Tuhan justru makin merosot, banyak gereja-gereja ditutup karena tidak lagi ada anggota jemaat yang beribadah di dalamnya, bahkan lebih miris lagi gereja tersebut kemudian berganti menjadi club malam. Kita bergumul dengan angkatan-angkatan selanjutnya atau para generasi selanjutnya, adakah pujian masih ada dalam mulut kita, mulut anak-anak kita untuk menceritakan tentang kebaikan Tuhan? Ingatlah dalam Kolose 3:17 berbunyi, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita". Saat kita mengucap syukur, jangan sekedar terlihat dalam pesta pora tapi nyatakanlah itu dengan penuh hormat di hadapan Tuhan. Ada banyak orang dengan mengatasnamakan ”bersyukur memuji Tuhan” atas segala hal yang teralami kemudian mengadakan pesta pora yang hebat, namun sebenarnya mereka sedang melupakan Tuhan, sebab apa yang diutamakan ialah pestanya bukan Tuhannya. Karena itu saat memuji Tuhan jangan mengutamakan ”Open House-nya” tapi utamakanlah ”Open Heart” untuk Tuhan. Amin.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 27:1-10 "Yesus Diserahkan Kepada Pilatus Kematian Yudas" // Mtpj gmim 6 April 2025, renungan kristen,