Wahyu 20:1-6 "Kerajaan Seribu Tahun" // MTPJ GMIM 18-24 Mei 2025
Kerajaan seribu tahun
20:1 Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga p memegang anak kunci q jurang maut r dan suatu rantai besar di tangannya; 20:2 ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. s Dan ia mengikatnya seribu tahun t lamanya 1 , 20:3 lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, u dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya v di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa 2 , w sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya. 20:4 Lalu aku melihat takhta-takhta x dan orang-orang yang duduk di atasnya 3 ; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. y Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya z karena kesaksian tentang Yesus a dan karena firman Allah; b yang tidak menyembah binatang c itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan d mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah e sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun 4 . 20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan f pertama. 20:6 Berbahagia g dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu 5 . Kematian h yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam i Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, j seribu tahun lamanya.
Kitab Wahyu merupakan catatan rasul Yohanes tentang penyataan Yesus Kristus yang terselubung dalam penglihatan, lambang, tanda, penghakiman bahkan kehidupan baru. Penglihatan ini dialami Yohanes Ketika ia berada di Pulau Patmos, suatu tempat di mana rasul Yohanes dibuang di tempat itu karena rasul Yohanes dianggap sebagai seorang yang begitu giat dalam pemberitaan mengenai Yesus Kristus (1:9). Hal ini terjadi Ketika masa pemerintahan Kaisar Dominitianus, seorang Kaisar yang memerintah Romawi pada tahun 81-95/96 Masehi. Kaisar yang terkenal otoriter dan kejam, yang bahkan menghukum semua orang yang tidak menyembah kaisar sebagai dewa.
Kitab ini dituliskan kepada tujuh jemaat di
Asia Kecil yakni Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan
Laodikia (1:11). Tujuh jemaat tersebut merupakan persekutuan jemaat Kristen di
abad pertama yang berada pada wilayah Romawi. Keadaan di ke tujuh jemaat
tersebut ialah:
-
Efesus : Jemaat di Efesus telah
meninggalkan kasih yang semula.
-
Smirna : Peringatan supaya tetap
setia sampai mati, sebab Tuhan akan
menyediakan mahkota kehidupan
-
Pergamus : Peringatan tentang makanan berhala
-
Tiatira : Peringatan terhadap orang
yang menyesatkan dan zinah.
-
Sardis : Peringatan untuk
berjaga-jaga
-
Filadelfia : Peringatan untuk tetap menuruti
Firman Tuhan
-
Laodikia : Peringatan terhadap kehidupan
jemaat yang suam-suam kuku.
Jika kita melihat peta, maka kita akan menemukan bahwa ketujuh jemaat tersebut berada dalam pos wilayah Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu, penulisan Kitab Wahyu ini
kiranya dapat memberi penghiburan, pengharapan bahkan suatu peringatan tentang
akhir dari penderitaan dan keyakinan kemenangan hidup dalam Kristus.
Dalam catatan Wahyu 20:1-6 kita akan menemukan
bahwa catatan ini sangat berkaitan dengan catatan penglihatan Yohanes dalam
pasal dan ayat sebelum dan sesudahnya.
Ada begitu banyak perdebatan mengenai interpretasi
“Kerajaan Seribu Tahun”. Ada 3 pandangan mencolok mengenai “Kerajaan Seribu
Tahun”, yaitu:
-
Premilenialisme, meyakini bahwa Kerajaan Seribu Tahun akan terjadi secara literal,
dengan Kristus yang memerintah sebelum kedatangan-Nya Kembali.
-
Postmilenialisme, meyakini bahwa Kerajaan Seribu Tahun akan terjadi sesudah kepercayaan
terhadap Kristus itu mendominasi secara rohani, baru sesudah itu Yesus akan
datang Kembali.
-
Amileanisme, meyakini
bahwa Kerajaan Seribu Tahun adalah suatu masa simbolik tentang kedamaian rohani
dunia dalam pemerintahan Kristus melalui pemanggilan Gereja untuk mewartakan
kebenaran Kristus.
Ada 2 bagian besar yang menjadi penglihatan
Yohanes dalam Wahyu 20:1-6 ini. Yaitu:
Ayat 1-3 Yohanes mencatat tentang penglihatan
Yohanes mengenai seorang malaikat yang turun dari Sorga dan memegang anak kunci
jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya, kalimat ini menggambarkan
tentang seorang malaikat yang memiliki suatu otoritas. Otoritas yang dimaksud
adalah untuk menangkap naga (drakonta) yaitu si iblis dan satan. Iblis dalam
teks Yunani disebut dabalos yang juga diartikan pemfitnah sedangkan satan
diterjemahkan dari kata satanas, kedua kata tersebut merujuk kepada musuh Allah
yang menyesatkan bangsa-bangsa. Naga tersebut ditangkap, diikat dan dilemparkan
ke dalam jurang maut yang ditutup dan dimeterai supaya tidak lagi menyesatkan
bangsa-bangsa.
Tindakan malaikat sorga tersebut menunjukkan
bahwa iblis akan tunduk dalam otoritas Allah, bahwa akan ada suatu masa di mana
iblis tidak akan dikalahkan dan tidak akan diberi kesempatan untuk menyesatkan
manusia. Tetapi sesudah itu akan ada masa di mana naga tersebut akan dilepaskan
untuk sedikit waktu lamanya. Ini menjadi suatu peringatan bahwa akan ada masa
di mana kejahatan akan merajalela. Tetapi naga tersebut hanya bisa terlepas
jika itu terjadi atas otoritas Tuhan. Jadi, apakah penyesat itu akan ditangkap,
diikat dan dilemparkan ke dalam jurang maut, atau apakah penyesat itu akan
dilepaskan, semua itu akan terjadi atas otoritas Tuhan.
Ayat 4-5
Yohanes juga melihat takhta-takhta dan orang-orang kudus yang duduk di atasnya
yang diberikan kuasa untuk menghakimi. Dalam Matius 7:1-5 jelas Yesus berfirman
bahwa manusia tidak boleh menghakimi sesamanya, tetapi dalam penglihatan ini
justru kepada orang-orang yang dikhususkan tersebut diberi kuasa untuk
menghakimi dari kata krima yang bermakna dapat menimbang atau memutuskan
sesuatu perkara. Yohanes juga mencatat
penglihatannya mengenai jiwa-jiwa dari para martir yang dipenggal kepalanya
karena kesaksian tentang Yesus dan karena Firman Allah, serta yang tidak
menyembah binatang, patung serta yang tidak menerima tanda pada dahi dan tangan
mereka. Tanda yang dimaksud di catat dalam Wahyu 13:18 yakni “666”. Yang
penting di sini ialah bukan tentang angka tetapi tentang makna dibalik symbol
“666”. Angka 6 itu mengingatkan tentang waktu penciptaan manusia yang
diciptakan di hari ke enam. Disebutkan tiga kali sebenarnya mengingatkan
tentang symbol Allah Tritunggal. Jadi angka 666 itu sebenarnya mengingatkan
tentang manusia yang ingin menjadi seperti Allah, simbol ketidaksempurnaan.
Dalam gematria Yahudi, yakni suatu system Yahudi tradisional untuk menghitung
suatu niai kata atau frasa dalam keyakinan bahwa kata atau frasa tersebut
memiliki hubungan satu sama lain.
Jika dihitung dalam gematria Yahudi maka 666
itu diterjemahkan dari huruf-huruf Ibrani “NRON QESAR” huruf nun (yang
dijumlahkan 50) + resy (200) + Vav
(suatu huruf konsonan dai gambarkan dalam angka 6) + NUN (50) + Qof (100) +
Samekh (60) + Resh (200) yang jumlah keseluruhannya adalah “666”. Jadi dari
huruf-huruf ini angka 666 merujuk pada kaisar Nero. Namun yang menjadi
persoalaannya kepemimpinan Kaisar Nero telah lama digantikan oleh Kaisar
Domitianus, namun sifat dan karakter kepemimpinan Kaisar Domitianus tidaklah
jauh berbeda dengan sikap Kaisar Nero terhadap umat yang percaya kepada Yesus,
yaitu sifat dan sikap yang membenci dan menganiaya orang yang percaya kepada
Yesus dan tidak menyembah kaisar sebagai dewa.
Orang-orang yang tetap setia bahkan bersedia
menjadi martir karena kesaksian mengenai Kristus dan Firman Allah mereka hidup
Kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa
seribu tahun. Hidup Kembali diterjemahkan dari kata “Ezesan” yang juga
diterjemahkan bangkit. Kata ini berasal dari kata dasar “Zoe”” yang berarti
hidup. Dalam kata Yunani kata hidup diterjemahkan dari kata “bios” dan “zoe”,
bios lebih merujuk kepada kehidupan tubuh badani seseorang, sementara zoe lebih
merujuk kepada kehidupan rohani seseorang yang tidak dapat binasa. Ketika Yesus
mengucapkan kalimat “Akulah Kebangkitan Dan Hidup” Yesus juga menggunakan kata
“Zoe”. Jadi hidup Kembali yang dimaksudkan adalah tentang kehidupan yang tidak
akan binasa.
Dalam masa tersebut justru ada orang-orang mati
yang tidak akan bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu. Ini lebih
diperjelas dalam ayat 11-15 di mana orang-orang yang dimaksud adalah
orang-orang yang akan menghadapi masa penghakiman atas segala perbuatan mereka
dan yang akan mengalami kematian kedua yaitu kematian kekal dalam penghukuman
lautan api.
Yohanes menyebut bahwa "Berbahagia"
dari kata "makarios" sebenarnya memiliki makna bahwa orang tersebut
sementara hidup terberkati. Bukan sekedar keadaan baik-baik saja, tetapi justru
sekalipun dalam keadaan tertekan orang itu tetap dalam keadaan yang
"terberkati" karena ia mempertahankan sikap hidup benar dan tidak
menerima setiap tawaran duniawi. Sementara kata "kudus"dari kata
"hagios" erat kaitannya dengan kata "suci atau murni" yang
berkenaan dengan Tuhan. Artinya dikhususkan bagi Tuhan.
Oleh karena itu tema itu diangkat menjadi suatu
panggilan atau dorongan iman agar semua orang percaya tetap hidup dalam Kristus
untuk memperoleh bagian dalam kebangkitan pertama yakni kebangkitan orang-orang
kudus dan orang-orang yang bertahan dalam iman.
Penyesatan di masa kini selalu ada, penyesat
yang merujuk pada ajaran atau doktrin yang menyimpang dari Firman Tuhan,
interpretasi Alkitab yang menyimpang, praktik keagamaan yang tidak sesuai ajaran
Alkitab. Bahkan penyesatan yang berusaha untuk membuat kepercayaan terhadap
Kristus menjadi kabur atau tidak dapat diterima selalu saja ada. Tetapi Firman
ini menjadi suatu peringatan bagi semua orang percaya untuk kiranya dapat tetap
bertahan dalam iman dan berani menjadi martir bagi Kristus tentang kebenaran
Firman.
Sekalipun penyesatan itu ada, namun percayalah
terhadap apa yang dikatakan Kristus bahwa “celakalah orang yang mengadakan
penyesatan”. Orang yang berusaha menyesatkan orang lain adalah orang yang akan
mengalami penghukuman Allah, tidak akan abadi. Sebab apa yang abadi ialah
kehidupan atau kebangkitan di dalam Kristus. Jangan berpikir bahwa penyesatan
itu hanya tentang ayat-ayat Alkitab yang dikaburkan, tetapi penyesatan itu juga
bisa mengandung makna suatu Tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah adalah suatu Tindakan yang
tersesat. Oleh karena itu, hiduplah dalam ketaatan dan kesetiaan terhadap Tuhan
Allah. Amin.
Komentar
Posting Komentar