Daniel 3:1-30 "Perapian yang menyala-nyala" // mtpj gmim 12-18 Januari 2025

Daniel 3:1-30 (TB)  Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel.

Lalu raja Nebukadnezar menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu. 

Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu. 

Dan berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: "Beginilah dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa:

demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu;

siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!" 

Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka sujudlah orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, dan menyembah patung emas yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu.

Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. 

Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! 

Tuanku raja telah mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, harus sujud menyembah patung emas itu,

dan bahwa siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. 

Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan." 

Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja,

berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu?

Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"

Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.

Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;

tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.

Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.

Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.

Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.

Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.

Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!" 

Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!"

Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia: "Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu. 

Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaran pun tidak ada pada mereka. 

Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.

Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa mana pun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu."

Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel


Saudara-saudara yang diberkati Tuhan, 

Kitab Daniel menuliskan tentang Kisah tentang umat Yahudi di masa pembuangan Babilonia sekitaran tahun 587 SM.

Tetapi penulisannya justru nanti disempurnakan pada abad ke 2 SM, karena kisah itu ditulis untuk umat Yehuda yang hidup dalam penderitaan. 


Sadrakh, Mesakh & Abednego adalah 3 orang pemuda yang menjadi gambaran hidup orang percaya yang mempertahankan iman. Selalu ada konsekuensi ketika seseorang mempertahankan iman, konsekuensinya ialah tentu kenikmatan duniawi akan menjauh. Apa itu nikmat duniawi dari ketiga pemuda tersebut ialah tentang jabatan mereka, sebab sesungguhnya ketika pemuda tersebut berada pada zona yang nyaman. Di saat orang Yehuda harus bekerja keras dengan penindasan pemerintahan Nebukadnezar, justru ketiga pemuda ini tinggal di dalam istana dan mendapat perlakuan khusus sebagai para pelajar khusus bagi Nebukadnezar (Pasal 1:4-7).

Berada pada zona nyaman tidak membuat ketiga pemuda ini terbuai dan menghalalkan segala cara untuk mempertahankan apa yang nyaman bagi mereka. Sebab justru dengan ilmu mereka yang makin bertambah, mereka tetap mempertahankan iman mereka. 

Perintah yang disampaikan Nebukadnezar ialah bahwa semua orang termasuk tiga pemuda ini "harus menyembah patung yang dibuat" (Pasal 3:4-6). Sebenarnya ini hal sederhana yang mudah untuk dilaksanakan, tapi tidak dengan 3 pemuda ini. Mereka tidak mau meninggalkan iman mereka. 

Hal itu berarti:

- mereka akan kehilangan jabatan dan zona nyaman mereka di istana

- lebih menakutkan lagi mereka akan kehilangan nyawa mereka. 

Iman harus dibuktikan dengan tindakan, dan itu benar-benar dilakukan oleh ketiga pemuda tersebut. 

Panasnya api yang menyala-nyala yang bahkan 7 kali lipat lebih panas dari api yang biasanya tidak memberi rasa takut kepada para pemuda tersebut bahkan dengan tubuh yang harus terikat. 


Apa yang terjadi?

Api yang begitu menakutkan, yang "dianggap" dapat membinasakan badan ternyata tidak memiliki kehebatan apa-apa jika Tuhan tidak menghendakinya. Api tersebut tidak dapat mematikan iman tapi juga tidak mematikan tubuh ketiga orang tersebut. Apa yang membinasakan bukanlah apa yang dilihat oleh manusia, karena binasa yang sesungguhnya ialah ketika iman seseorang mati. 

Ingat saat Adam dan Hawa melakukan dosa, Allah sudah mengingatkan bahwa mereka akan mati jika mereka melakukan apa yang Tuhan larang. Pada akhirnya kematian itu terjadi dengan cara putusnya hubungan mereka dengan Tuhan Allah. 


Tapi dengan mempertahankan iman percaya, menolak segala perintah dan tawaran yang bertentangan dengan kehendak Allah, Sadrak Mesakh dan Abednego mendapatkan lebih dari yang dibayangkan dan dipikirkan. 

Mereka memperoleh kehidupan dan keselamatan, bahkan mereka memperoleh jabatan yang lebih tinggi padahal sebelumnya mereka sudah dibawa masuk ke dalam jurang kebinasaan. 

Bahkan oleh pertahanan iman ketiga orang tersebut, Allah Israel dipuji dan dimuliakan. Ada "credo" atau pengakuan iman dari Nebukadnezar kepada Tuhan Allah yang benar.

Saudaraku, apa yang Firman ini mau ingatkan kepada kita? 

Wahai para pemuda, jadilah Pemuda-pemuda seperti Sadrakh, Mesakh dan Abetnego. Miliki integritas hidup yang benar yakni mempertahankan iman apapun yang ditawarkan dunia, jika itu bertentangan dengan Firman Tuhan maka jangan lakukan. Tetapi apa yang Tuhan sampaikan sekalipun bertentangan dengan hal duniawi tetap lakukan. 

Demikian bagi semua orang percaya, jangan tinggalkan Tuhan karena jabatan, karena perintah atasan, karena zona nyaman dan lain sebagainya. 

Tapi sebaliknya, mendekatlah kepada Tuhan, dan buktikan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup. 

Tugas kita adalah hidup dengan benar, biarkan nanti Allah yang akan membuktikan penyertaan-Nya bagi orang yang mengandalkan Dia dan yang menaruh harap hanya kepada-Nya. 

Ingat: Iman tanpa tindakan pada hakikatnya adalah sia-sia. Tunjukan integritas iman kita dengan sikap hidup yang benar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukas 17:11-19 "Kesepuluh Orang Kusta" Renungan GMIM Edisi 4 - 10 Juli 2021

Renungan Roma 2:1-16

Matius 16:13-20 "Pengakuan Petrus" // MTPJ GMIM 26 September - 2 Oktober 2021 // Khotbah GMIM // Renungan Kristen